Misi Visi atau Visi Misi?
Oleh:
Rizqi Munandar
Bismillah..
Saya tertarik dengan artikel yang mengupas bahwa Misi lebih baik didahulukan daripada Visi.
Untuk artikel ini, saya akan memulai dengan batasan defisini,
bahwa visi adalah pandangan jauh tentang suatu cita-cita yang ingin dicapai.
Sedangkan misi adalah cara untuk mewujudkan visi.
Selanjutnya, strategi adalah detail dari misi.
Dalam tulisan ini,
saya beri contoh sederhana.
Visi: Ke Bandung untuk survey lokasi dagang.
Misi: menggunakan pesawat untuk menghemat waktu
Strategi: memesan tiket lebih awal untuk menghindari kesibukan.
Saya akan memfokuskan dengan topik bahasan agama Islam supaya tidak melebar.
Kita mulai dari Perusahaan besar di dunia yang mengutamakan misi di atas visi. Mereka menempatkan Misi mendahului Visi karena mereka perlu menemukan alasan terbesar mengapa harus ada di dunia.
Ini menjadi bukti bahwa mereka sebenarnuya tidak mempunyai visi yang jauh.
Visi terjauh adalah akhirat.
Apakah perusahaan besar di dunia (tidak sebut merk) mempunyai visi sejauh akhirat, misalnya: kembali kepada Sang Pencipta?
Ingat, visi yang pendek, hanya akan melahirkan misi (tugas) karena mata tidak mampu melihat ke depan secara jauh sehingga yang dilihay hanya sampai pada level penugasan.
Saya beri contoh analogi yang tidak tepat.
Misal kita bermaksud pergi ke Bandung, tentu tugasnya (misinya) adalah menyiapkan transportasi, logistik, rute perjalanan, dan lain-lain.
Komentar saya:
Namun apakah tujuan anda ke Bandung?
Tanpa tujuan, anda sia-sia menyiapkan transportasi, logistik, rute, untuk pergi ke sana.
Selanjutnya, tentang kehadiran kita di dunia.
Allah memberikan misi kepada manusia.
Apakah Allah memberikan visi?
Jawabannya iya.
Visi yang Allah berikan kepada manusia adalah kembali kepada Allah (ke surga).
Misinya: menjalankan syariat.
Strateginya, salah satunya amar ma'ruf nahi munkar.
Maka, dengan adanya visi, kita mampu menemukan misi (tugas).
Menemukan tugas tanpa visi adalah sia-sia.
Analogi ekstrimnya,
Jika tanpa visi (manusia kembali kepada Allah),
maka sia-sia misi manusia (beribadah) karena Allah tidak butuh ibadahnya manusia.
Bahasan selanjutnya adalah:
Visi tanpa diawali misi adalah obsesi.
Benarkah?
Tunggu dulu.
Bedakan antara obsesi dengan visi.
Saya akan menggunakan definisi:
Obsesi adalah keingina yang disertai dengan usaha keras namun terkesan memaksa.
Lalu, ada yang memberikan contoh:
Lulus S3 namun justru kehampaan yang di dapat.
Saya jawab:
Itu terjadi karena lemahnya visi.
Kalau visinya kuat, tidak akan terjadi kehampaan.
Contoh visi: lulus S3 untuk mencari ilmu lillahita'ala.
Kalau lulus S3 hanya mencari gelar (tujuan dunia), sudah jelas akan hampa pada akhirnya.
Justru hal di atas membuktikan, visi harus lebih dulu daripada misi.
Bisa dibayangkan jika misi mendahului visi.
Misi: kuliah S3, visi: hidup sejahtera.
Visi di atas lemah.
Jadi, permasalahannya ada di lemahnya visi, bukan di visi yang mendahului misi.
Selanjutnya,
Tentang para nabi mendapatkan visi kenabian dulu sebelum visi kenabian.
Maka saya jawab:
Para nabi sudah mendapatkan visi, yaitu:
1. Kenal dengan Allah
2. Tauhid
Ada yang mencontohkan nabi Isa dan Yahya.
Ingat, nabi Isa sejak bayi sudah mendapatkan visi sebelum misi.
Visi Nabi Isa adalah sebagai Rasul yang mengingatkan kaumnya (karena sudah jelas, manusia akan kembali kepada Allah)
Sedangkan misi Nabi Isa adalah mengajarkan Injil.
Strateginya, dengan kasih sayang dan sabar.
Manusia sudah diberi visi oleh Allah dalam hidup ini.
Bukankah dalam kalimat pertama Alquran diawali dengan bismillah?
Dengan menyebut nama Allah?
Artinya, Allah menjadi visi kita semua.
Allah dulu, Allah lagi, Allah terus.
Barulah, misinya diwujudkan melalui jalan yang lurus dengan cara berdoa dan menerapkan syariat Alquran dan Sunnah.
Strateginya, salah satunya amar ma'ruf nahi munkar.
Adabnya, kalau ada artikel lalu kita tidak setuju, maka kita balas dengan membuat artikel yang serupa.
Artikel lawan artikel, bukan artikel dilawan dengan komentar tidak membangun.
Salam.
Barakallah..
#sudutpandang
0 Komentar