Advertisement

Main Ad

III Pendidikan IPS SD - Interaksi Sosial Anak Sekolah Dasar


Makalah

Interaksi Sosial Anak Sekolah Dasar


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan IPS SD

                                                                        Dosen pengampu :
                                    Mujinem, M.Hum
                                        Disusun oleh :
                                          Kelas III C

                                Rizqi Munandar             10108241082



 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2011






KATA PENGANTAR


            Pertama-tama saya panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah dengan judul :
Interaksi Sosial Anak Sekolah Dasar
Kiranya, dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada:
1.      Ibu Mujinem, M.Hum sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, bimbingan, dan saran yang sangat membantu dalam penyusunan makalah ini.
  1. Keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan material maupun spiritual.
  2. Teman-teman kelas III C PGSD Kampus III FIP  UNY yang selalu memberikan dukungan  dalam penyelesaian makalah ini.
  3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan kontribusi positif dalam proses pembuatan makalah ini.

Dengan adanya makalah ini saya berharap dapat memberikan tambahan pengetahuan bagi pembaca dan sekaligus mendorong adanya makalah-makalah lain ntuk memajukan wawasan ilmu pengetahuan.
Dengan segala keterbatasan yang ada pada penyusun dan makalah ini, dengan rendah hati saya mengharap kritik dan saran dari semua pihak dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.


Yogyakarta, November 2011


Penyusun






DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................         i
KATA PENGANTAR  ...................................................................................        ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………...............       iii

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ...............................................................................        1
B.     Tujuan Penulisan ............................................................................        1

BAB III PEMBAHASAN
A.    Pengertian Interaksi Sosial..............................................................        2
B.     Faktor-Faktor Interaksi Sosial........................................................        3
C.     Syarat-Syarat Interaksi Sosial ........................................................        4
D.    Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial......................................................        5
E.     Interaksi Sosial Anak Sekolah Dasar .............................................      13


BAB IV PENUTUP
A.    Kesimpulan  ...................................................................................      15
B.     Saran ..............................................................................................      15

REFERENSI






BAB I
PENDAHULUAN

A.            Latar belakang
Setiap manusia pasti melakukan interaksi sosial dengan manusia di sekelilingnya karena manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Begitu juga dengan anak sekolah dasar. Mereka melakukan interaksi dengan teman-teman mereka, guru-guru mereka, kepala sekolah, ataupun para manusia di lingkungan sekolah mereka.
Interaksi yang dilakukan anak sekolah dasar bermacam-macam. Ada yang bersifa asosiatif dan ada pula yang bersifat disosiatif. Hal inilah yang akan dibahas secara lebih lanjut.
Sangat penting bagi pendidik atau guru untuk mengetahui interaksi yang mereka lakukan. Dengan interaksi yang mereka lakukan, sebenarnya banyak hal yang bisa diambil dari mereka. Misal mereka suka berkelahi, berarti karakter interaksi sosial mereka adalah bersifat disosiatif. Guru jadi mengetahui karakter mereka dan harapannya sebagai guru Ilmu Pengetahuan Sosial pada khususnya, guru dapat menyikapi sikap mereka dengan lebih arif dan bijaksana.

B.            Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui interaksi sosial anak sekolah dasar.




BAB II
PEMBAHASAN

A.           Pengertian Interaksi Sosial
Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Setiap manusia pastilah melakukan hubungan dengan manusia yang lain. Dalam bukunya Tim Mitra Guru (2006: 36), interaksi sosial  merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara perorangan dan kelompok manusia. Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial dimulai pada saat itu. mereka saling menegur, berjabat tangan, berbincang-bincang, bahkan berselisih. Aktivitas semacam itu merupakan interaksi sosial.
Lebih lanjut Kusmiyati dan Siti, dkk (2005: 5) berpendapat bahwa interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, baik hubungan antara individu, antarkelompok masyarakat maupun antara individu dengan kelompok masyarakat.
Sekarang adalah eranya teknologi dan globalisasi. Interaksi antar manusia pun sudah mulai berkembang. Dulu manusia harus bertatap muka secara langsung jika ingin berkomunikasi dengan manusia lain, namun sekarang, dengan adanya alat bantu komunikasi seperti handphone, maka komunikasi antar manusia tidak harus dilakukan dengan cara bertemu secara langsung, namun bisa dilakukan dengan alat bantu terebut.
Menurut Idianto M (2004: 59), mengatakan bahwa setiap orang bergaul dengan orang lain hari demi hari. Kita berbicara dengan orang lain, bersalaman, atau bahkan bermusuhan. Semua tindakan itu berciri resiprokal (timbal balik). Artinya, melibatkan dua belah pihak. Tindakan seperti ini dinamakan interaksi sosial.
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis, baik hubungan antara individu, antar kelompok masyarakat maupun antara individu dengan kelompok masyarakat.
 
B.            Faktor-Faktor Interaksi Sosial
Faktor-faktor interaksi sosial ada beberapa, yaitu imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati. Berikut akan dijelaskan faktor-faktor interaksi sosial.
1.    Imitasi
Imitasi ialah proses meniru atau mencontoh orang lain atau kelompok orang lain dalam hal bersikap da berperilaku, Kusmiyati & Siti, dkk (2005: 5).
Perilaku imitasi ini kerap dilakukan oleh anak sekolah dasar. Misal mencium tangan guru saat masuk kelas atau pulang sekolah. Mereka anak SD tersebut meniru perilaku orang tuanya yang mencium orang yang lebih tua. Imitasi disini mempunyai dampak negatif dan dampak negatif. Dampak positifnya mendorong anak SD untuk mematuhi kaidah dan nilai-nilai yang berlaku, misal mematuhi tata tertib sekolah. Dampak negatifnya, imitasi bisa melemahkan daya kreasi seseorang bahkan dapat membawa anak SD ke arah yang negatif, seperti membolos sekolah karena mencontoh kakak kelasnya.
2.    Sugesti
Menurut Idianto M, sugesti adalah pemberian pengaruh atau pandangan dari satu pihak kepada pihak lain. Akibatnya, pihak yang dipengaruhi akan tergerak mengikuti pengaruh/pandangan itu dan menerimanya secara sadar atau tidak sadar tanpa berpikir panjang.
Sugesti ini biasanya diberikan oleh seseorang yang punya pengaruh besar. Misalnya, seorang pemuka agama, artis, orator, dan lain-lain.
Sugesti bisa juga berasal dari orang dewasa terhadap anak-anak. Misalnya, seorang kakak yang menganjurkan adiknya yang masih sekolah dasar untuk menabung  agar kelak menjadi orang kaya.
3.      Identifikasi
Identifikasi merupakan keinginan sama atau identik bahkan serupa dengan orang lain, Mira Saraswati & Ida Widaningsih (2008: 17).
Identifikasi ini adalah bentuk lebih lanjut dari proses imitasi dan sugesti yang pengaruhnya telah amat kuat. Misalnya, seorang remaja yang mencontoh cara berpakaian para artis. Seorang guru idola juga bisa menjadi identifikasi bagi anak didiknya. Misal seorang guru yang berpakaian rapi, maka tidak jarang anak didiknya juga akan mengikuti cara berpakaian guru idola terebut.
4.      Simpati
Menurut Kusmiyati dan Siti (2005: 6), simpati adalah sikap atau perilaku yang seolah-olah larut dalam perasaan, pikiran, kebahagiaan ataupun penderitaan orang lain. Hal ini didorong oleh keinginan untuk memahami dan bekerja sama dengan orang tersebut. Contoh simpati adalah sebagai berikut.
a.       Bila ada seorang sahabat yang tertimpa musibah, maka kita akan ikut merasa sedih dan prihatin.
b.      Kita akan ikut marah terhadap penodong yang tertangkap karena sudaah menodong dan melukai korbannya.

C.            Syarat-Syarat Interaksi Sosial
a.       Kontak
Kontak tidak berarti hanya saling menyentuh secara fisik belaka. Kontak juga bisa terjadi tanpa saling menyentuh. Misal seorang anak sekolah dasar yang melakukan kontak dengan orang tuanya agar orang tuanya menjemputnya.
Dilihat dari wujudnya, Idianto (2004: 63) membedakan sebagai berikut:
1)      Kontak antarindividu
Contoh: kontak antara anak dengan gurunya, kontak antara siswa dengan siswa lainnya.
2)      Kontak antar kelompok
Contoh: kontak antara dua perusahaan dalam hubungan bisnis.
3)      Kontak antara individu dalam suatu kelompok
Contoh: kontak antara pembicara dengan peserta dalam suatu seminar.
b.      Komunikasi
Menurut Tim Sosiologi dan Geografi (2005: 9), komunikasi adalah suatu proses pengiriman pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Pesan ini dapat langsung disampaikan atau dengan menggunakan media penyampai seperti radio, televisi, surat kabar, dan sebagainya.
Menurut Idianto, komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi di antara keduanya.
Agar komunikasi bisa berlangsung dengan baik sedikitnya dibutuhkan komponen-komponen sebagai berikut.
1)      Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengirimkan pesan kepada pihak lain.
2)      Penerima atau komunikaan (receiver) adalah pihak yang menerima pesan dari pihak lain.
3)      Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak kepada pihak lain.
4)      Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerima pesan atas isi pesan yang disampaikan.


D.           Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial
Bentuk-bentuk Interaksi Sosial menurut Idianto M (2004: 65-70) yaitu sebagai berikut.
1.      Proses Asosiatif (Association Processes)
a.       Kerja Sama (cooperation)
Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Kerja sama dilakukan sejak manusia berinteraksi dengan sesamanya. Kebiasaan dan sikap mau bekerja sama dimulai sejak kanak-kanak, mulai dalam kehidupan keluarga lalu meningkat dalam kelompok sosial yang lebih luas.
Kerja sama berawal dari kesamaan orientasi. Misalnya, warga rela bekerja bakti membersihkan lingkungan karena sama-sama menyadari manfaat lingkungan yang bersih. Kerja sama akan bertambah erat apabila ada bahaya dari luar yang mengancam. Misalnya, warga semakin giat bekerja bakti membersihkan lingkungan untuk mencegah wabah demam berdarah.
Kerja sama juga akan bertambah erat apabila ada tindakan yang menyinggung keseriaan secara tradisional atau institusional telah tertanam. Kerja sama seperti ini bisa konstruktif (membangun), bisa juga destruktif (merusak). Contoh konstruktif adalah kerja sama siswa dan guru memulihkan nama baik sekolah yang dinodai tindakan kriminal sejumlah siswanya. Contoh destruktif adalah tawuran antar pelajar.
Kerja sama dapat bersifat agresif apabila suatu kelompok mengalami kekecewaan dalam jangka waktu itu. keadaan tersebut dapat menjadi lebih tajam lagi apabila kelompok tersebut merasa tersingging atau dirugikan oleh sistem kepercayaan atau dalam salah satu bidang sensitif kebudayaan yang dimilikinya. Kerja sama ini cenderung bersifat destruktif.

b.      Akomodasi (acomodation)
Akomodasi berarti adanya keseimbangan interaksi sosial dalam kaitannya dengan norma dan nilai yang ada di dalam masyarakat. Seringkali akomodasi terjadi dalam situasi konflik sosial (pertentangan). Akomodasi merupakan salah satu cara untuk menyelesaikan pertentangan, entah dengan cara yang menghargai kepribadian yang berkonflik, atau bisa juga dengan cara paksaan atau tekanan.
Bentuk-bentuk akomodasi antara lain sebagai berikut.
1)      Koersi
Koersi adalah suatu bentuk akomodasi yang terjadi melalui pemaksaan kehendak pihak tertentu terhadap pihak lain yang lebih lemah. Contohnya, sistem pemerintahan totalitarian.
2)      Kompromi
Kompromi adalah suatu bentu akomodasi ketika pihak-pihak yang terlibat perselisihan saling mengurangi tuntutan agar tercapai penyelesaian. Contohnya, perjanjian gencatan senjata antara dua negara.
3)      Arbitrasi
Arbitrasi adalah suatu bentuk akomodasi apabila pihak-pihak yang berselisih tidak sanggup mencapai komromi sendiri. Untuk itu, akan diundang pihak ketiga yang tidak memihak (netral) untuk mengusahakan penyelesaian pertentangan tersebut. Contohnya, penyelesaian pertentangan antara karyawan dan pengusaha, dengan serikat buruh serta Departemen Tenaga Kerja sebagai pihak ketiga.
4)      Mediasi
Mediasi adalah suatu bentuk akomodasi yang hampir sama dengan arbitrasi. Namun, pihak ketiga yang bertindak sebagai penengah atau juru damai tidak mempunyai wewenang untuk memberi keputusan-keputusan penyelesaian perselisihan antara kedua belah pihak. Contohnya, mediasi pemerintah RI untuk mendamaikan fraksi-fraksi yang berselisih di Kambija. RI hanya menjadi fasilitator, sedangkan keputusan mau berdamai atau tidak tergantung niat baik masing-masing fraksi yang bertikai.
5)      Konsiliasi
Konsiliasi adalah suatu bentuk akomodasi untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama. Contohnya, panitia tetap penyelesaian masalah ketenagakerjaan mengundang perusahaan dan perwakilan karyawan untuk menyelesaikan pemogokan.
6)      Toleransi
Toleransi adalah bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang resmi. Kadang-kadang toleransi terjadi secara tidak sadar dan tanpa direncanakan terlebih dahulu. Biasanya toleransi terjadi karena adanya keinginan-keinginan untuk sedapat mungkin menghindarkan diri dari perselisihan yang saling merugikan kedua belah pihak.
7)      Stalemate
Stalemate adalah bentuk akomodasi ketika kelompok yang terlibat pertentangan mempunyai kekuatan seimbang. Contohnya, persaingan antara Blok Barat dengan Blok Timur berhenti dengan sendirinya tanpa ada pihak yang kalah ataupun menang.
8)      Adjudikasi
Adjudikasi adalah penyelesaian masalah atau sengketa melalui pengadilan atau jalur hukum. Contohnya, persengketaan tanah warisan yang diselesaikan di pengadilan.
c.       Asimilasi
Asimilasi merupakan proses sosial pada tahap lanjut. Artinya, asimilasi terjadi setelah melalui tahap kerja sama dan akomodasi. Suatu asimilasi ditandai oleh usaha-usaha mengurangi perbedaan antara orang atau kelompok. Hasil dari proses asimilasi adalah semakin tipisnya batas perbedaan antara individu dalam suatu kelompok, atau bisa juga batas-batas antarkelompok.
d.      Akulturasi
Akulturasi adalah proses penerimaan dan pengolahan unsur-unsur kebudayaan asing menjadi bagian dari kebudayaan suatu kelompok tanpa menghilangkan kepribadian kebudayaan asli. Contohnya, kebudayaan Hindu du Indonesia bertemu dengan kebudayaan Islam menghasilkan kebudayaan Islam yang bercorak Hindu.


2.      Proses disosiatif
Menurut Idianto M (2004: 71-73), proses disosiatif disebut pula proses oposisi. Oposisi dapat diartikan cara yang bertentangan dengan seseorang ataupun kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. Proses disosiatif dapat dibedakan menjadi tiga bentuk sebagai berikut:
a.       Persaingan (competition)
          Persaingan merupakan suatu proses sosial ketika ada dua pihak atau lebih saling berlomba dan berbuat sesuatu untuk mencapai kemenangan tertentu. Persaingan terjadi apabila beberapa pihak menginginkan sesuatu yang jumlahnya sangat terbatas atau sesuatu yang menjadi pusat perhatian umum.
          Misalnya, ratusan anak sekolah dasar bersaing memperolah kesempatan untuk masuk dalam 10 besar penyanyi idola cilik.
          Persaingan dilakukan dengan norma dan nilai yang diakui bersama dan berlaku pada masyarakat tersebut. Kecil kemungkinan, persaingan menggunakan kekerasan atau ancaman. Dengan kata lain, persaingan dilakukan secara sehat dan sportif. Misalnya, dalam sepak bola dikenal istilah fair play.
          Persaingan yang disertai dengan kekerasan, ancaman, atau keinginan untuk merugikan pihak lain dinamakan persaingan tidak sehat. Tindakan seperti ini bukan lagi persaingan tetapi sudah menjurus pada permusuhan atau persengketaan.
          Apapun hasil dari suatu persaingan akan diterima dengan kepala dingin tanpa ada rasa dendam sedikitpun. Sejak awal, masing-masing pihak yang bersaing menyadari akan ada yang menang dan kalah. Contoh:
1)      dalam bidang ekonomi: persaingan antara produsen barang sejenis dalam merebut pasar yang terbatas.
2)      Dalam hal kedudukan: persaingan untuk menduduki ketua kelas yang dilakukan oleh para peserta didik di kelas.
3)      Dalam kebudayaan: persaingan dalam penyebaran ideologi, pendidikan, dan unsur-unsur kebudayaan lainnya.
    Persaingan ini mempunyai fungsi. Idianto M (2004: 72), menyebutkan beberapa fungsi persaingan yaitu sebagai berikut.
1)            Menyalurkan keinginan individu atau kelompok yang sama-sama menuntut dipenuhi, padahal sulit dipenuhi semuanya secara serentak.
2)            Menyalurkan kepentingan serta nilai-nilai dalam masyarakat, terutama kepentingan dan nilai yang menimbulkan konflik.
3)            Menyeleksi individu yang pantas memperolah kedudukan serta peranan yang sesuai dengan kemampuannya.
b.      Kontravensi
Kontravensi merupakan proses sosial yang ditandai oleh ketidakpastian, keraguan, penolakan, dan penyangkalan yang tidak diungkapkan secara terbuka. Kontravensi adalah sikap menentang secara tersembunyi, agar tidak sampai terjadi perselisihan secara terbuka. Penyebab kontravensi antara lain perbedaan pendirian antara kalangan tertentu dengan kalangan lain dalam masyarakat, atau bisa juga dengan pendirian masyarakat.
Dalam bukunya Idianto M, disebutkan bentuk kontravensi menurut Leopold von Wiese dan Howard Becker. Terdapat lima bentuk kontravensi yaitu:
1)            Kontravensi umum
Misalnya: penolakan, keengganan, perlawanan, protes, gangguan, mengancam pihak lawan.
2)            Kontravensi sederhana
Misalnya: menyangkal pernyataan di depan umum.
3)            Kontravensi intensif
Misalnya: penghasutan, penyebaran desas-desus.
4)            Kontravensi rahasia
Misalnya: pembocoran rahasia, khianat.
5)            Kontravensi taktis
Misalnya: mengejutkan pihak lawan, provokasi, dan intimidasi.
c.       Pertikaian
Pertikaian merupakan proses sosial bentuk lanjut dari kontravensi. Artinya, dalam pertikaian perselisihan sudah bersifat terbuka. Pertikaian terjadi karena semakin tajamnya perbedaan antara kalangan tertentu dalam masyarakat.
Kondisi semakin tajamnya perbedaan mengakibatkan amarah, rasa benci yang mendorong tindakan untuk melukai, menghancurkan atau menyerang pihak lain. Jadi, pertikaian muncul apabila individu atau kelompok berusaha memenuhi kebutuhan atau tujuannya dengan jalan menentang pihak lain dengan cara ancaman atau kekerasan.
d.      Konflik
Pengertian konflik yang paling sederhana adalah saling memukul (configere). Namun, konflik tidak hanya berwujud pertentangan fisik semata. Dalam definisi yang lebih luas, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua pihak atau lebih, dimanaa pihak yang satu berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya.
Sebagai proses sosial, konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan yang agaknya sulit didamaikan atau ditemukan kesamaannya. Perbedaan tersebut antara lain menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, dan keyakinan.
Konflik merupakan situasi wajar dalam setiap masyarakat. Bahkan, tidak ada satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik, entah dalam cakupan kecil ataupun besar. Konflik dalam cakupan kecil misalnya konflik dalam keluarga, sedangkan konflik dalam cakupan besar misalnya konflik antargolongan atau antarkampung.
Idianto M (2004: 73), penyebab konflik adalah sebagai berikut:
1)            Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan,
2)            Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda pula. Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya,
3)            Perbedaan kepentingan antara individu dan kelompok, diantaranya menyangkut bidang ekonomi, politik, dan sosial,
4)            Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Lebih lanjut, menurut de Moor, konflik dalam masyarakat terjadi jika para anggotanya secara besar-besaran membiarkan diri dibimbing oleh tujuan-tujuan (nilai-nilai) yang bertentangan.
Dalam bukunya Idianto, pembagian konflik menurut Dahrendorf adalah sebagai berikut:
1)            Konflik antara atau dalam peranan sosial, misalnya antara peran dalam keluarga dan profesi,
2)            Konflik antara kelompok-kelompok sosial,
3)            Konflik antara kelompok yang terorganisasi dengan kelompok yang tidak terorganisasi,
4)            Konflik antara satuan nasional,
5)            Konflik antar negara atau antara negara dengan organisasi internasional.
Menurut Idianto M (2004: 74), konflik merupakan proses disosiatif  yang tajam. Meskipun begitu, sebagai salah satu proses sosial, konflik dapat berfungsi  positif bagi masyarakat. Konflik akan membawa akibat positif asalkan masalah yang dipertentangkan memang konstruktif. Artinya, konflik itu sama-sama dilandasi kepentingan menjadi masyarakat lebih baik. contoh: konflik mengenai kebebasan informasi. Kalangan yang satu menghendaki bebasnya informasi secara mandiri, dengan alasan melatih masyarakat untuk menyaring informasi secara mandiri. Kalangan yang lain menghendaki adanya lembaga sensor karena khawatir adanya informasi yang tidak mendidik. Kedua kalangan sama-sama menginginkan masyarakat yang semakn berkualitas.
Konflik ini mengakibatkan beberapa akibat. Hasil dan akibat suatu konflik adalah:
1)            Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok yang mengalami konflik dengan kelompok lain,
2)            Keretakan hubungan antara anggota kelompok, misalnya akibat konflik antar suku,
3)            Perubahan kepribadian pada individu, misalnya adanya rasa benci dan saling curiga akibat perang,
4)            Kerusakan harta benda dan hilangnya nyawa manusia,
5)            Dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.


E.            Interaksi Sosial Anak Sekolah Dasar
Dalam setiap aktivitas di sekolah, anak sekolah dasar selalu menjalin interaksi baik dengan temannya, gurunya, maupun kepada manusia lain di lingkungan sekolah. Sebenarnya, anak sekolah dasar tersebut sudah melakukan interaksi sosial. Interaksi sosial anak sekolah dasar ini bermacam-macam.
            Mulai dari imitasi, yaitu anak sekolah dasar meniru apa yang diperbuat oleh gurunya. Misalnya, guru menjabat tangan kepala sekolah ketika bertemu. Maka anak SD ini juga mencontoh perilaku yang dilakukan oleh guru terebut. Anak SD itu menjabat tangan gurunya ketika datang ataupun ketika pulang.
            Lalu identifikasi yang dilakukan oleh anak sekolah dasar. Mereka meniru aktor-aktor yang diperankan di televisi, misalnya Power Ranger. Mereka bermain seperti aktor yang mereka lihat di televisi.
            Terkait dengan bentuk-bentuk interaksi sosial yang dilakukan anak SD, ada banyak interaksi yang mereka lakukan. Misalnya kerja sama. Mereka bekerja sama dalam mengerjakan soal-soal yang sulit misalnya. Mereka bekerja sama aagr bisa menyelesaikan tugas rumah yang diberikan oleh gurunya. Namun, tak jarang mereka juga melakukan proses disosiati. Misalnya, persaingan. Mereka bersaing, misalnya bersaing untuk memperebutkan juara kelas. Tidak jarang, anak SD juga melakukan pertikaian, seperti perkelahian misalnya.
            Pada usia anak sekolah dasar memang cara berpikirnya masih labil. Mereka melakukan interaksi sosial karena mereka menyukainya. Bahkan, ketika anak-anak SD bermain sepak bola, ketika mereka menendang bola dan mengenai tubuh gurunya, mereka akan tertawa senang, baru minta maaf. Namun, seperti inilah mereka. Interaksi sosial yang mereka lalukan sebagai wujud proses sosial di lingkungan sekolahnya. menjadi tugas guru agar interaksi sosial yang mereka lakukan tidak berlebihan dan melewati batas.
Yang harus diperhatikan oleh guru, interaksi sosial yang dilakukan oleh peserta didiknya akan mempengaruhi kegiatan belajar mengajar yang akan dilakukan oleh guru. Misalnya, peserta didik yang suka berkomunikasi kepada sesama temannya, maka ini sikap ini akan terbawa pada saat proses belajar mengajar. Mereka akan cenderung berdiskusi sendiri dengan temannya saat guru menerangkan materi di depan kelas.
Jadi penting bagi guru untuk mengetahui interaksi sosial yang dilakukan oleh anak didiknya. Dengan guru mengetahui interaksi yang dilakukan oleh anak didiknya, diharapkan akan membuat kegiatan belajar mengajar menjadi lebih baik dan lebih lancar.






BAB III
PENUTUP

A.           Kesimpulan
          Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis, baik hubungan antara individu, antar kelompok masyarakat maupun antara individu dengan kelompok masyarakat.
Faktor-faktor interaksi sosial adalah imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati. Syarat-syarat interaksi sosial adalah adanya kontak dan komunikasi. Bentuk-bentuk interaksi sosial ada proses sosial asosiatif dan proses sosial disosiatif.
          Dalam setiap aktivitas di sekolah, anak SD selalu menjalin interaksi baik dengan temannya, gurunya, maupun kepada manusia lain di lingkungan sekolah. Sebenarnya, anak SD tersebut sudah melakukan interaksi sosial. Interaksi sosial anak SD ini bermacam-macam. Mulai dari imitasi, identifikasi, sampai dengan persaingan dan konflik.

B.            Saran
Sebagai pendidik khususnya guru, guru harus bisa melihat apa saja interaksi sosial yang dilakukan oleh peserta anak didiknya di sekolah. Interaksi sosial yang dilakukan ini akan berpengaruh terhadap pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru. Oleh karena itu, guru harus pandai mengetahui apa saja interaksi sosial yang dilakukan oleh peserta didiknya.






REFERENSI


Idianto M. 2004. Sosiologi. Jakarta: Erlangga.

Kusmiyati & Siti Supijah, dkk. 2005. Sosiologi dan Geografi. Jakarta: Yudistira.
Mira Saraswati & Ida Widaningsih. 2008. Be Smart Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Grafindo Media Pratama.
Tim Mitra Guru. 2006. Ilmu Pengetahuan Sosial Sosiologi. Jakarta: Esis.






Posting Komentar

0 Komentar