Advertisement

Main Ad

III Pendidikan IPS SD - Pengaruh Pembelajaran IPS terhadap Perkembangan Sosial Anak


Makalah
Pengaruh Pembelajaran IPS terhadap Perkembangan Sosial Anak


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan IPS SD

Dosen pengampu :
Mujinem, M.Hum


                         Disusun oleh :
                          Kelas III C

Rizqi Munandar                      10108241082
                                    Febria Wahyu Astuti               10108241091
                                    Retno Septyaningtyas             10108241105


 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2011



KATA PENGANTAR


            Pertama-tama kami panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul :
Pengaruh Pembelajaran IPS terhadap Perkembangan Sosial Anak
Kiranya, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada:
1.      Ibu Mujinem, M.Hum sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, bimbingan, dan saran yang sangat membantu dalam penyusunan makalah ini.
  1. Keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan material maupun spiritual.
  2. Teman-teman kelas III C PGSD Kampus III FIP  UNY yang selalu memberikan dukungan  dalam penyelesaian makalah ini.
  3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan kontribusi positif dalam proses pembuatan makalah ini.

Dengan adanya makalah ini kami berharap dapat memberikan tambahan pengetahuan bagi pembaca dan sekaligus mendorong adanya makalah-makalah lain ntuk memajukan wawasan ilmu pengetahuan.
Dengan segala keterbatasan yang ada pada penyusun dan makalah ini, dengan rendah hati kami mengharap kritik dan saran dari semua pihak dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.


Yogyakarta, Oktober 2011


Penyusun


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................         i
KATA PENGANTAR  ...................................................................................        ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………...............       iii

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah ................................................................        1
B.     Tujuan Penulisan ............................................................................        1
C.     Rumusan Masalah ..........................................................................        2

BAB III PEMBAHASAN
A.    Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar ...............................................        3
B.     Tujuan Pendidikan IPS di SD........................................................        5
C.     Kemampuan Guru dalam Mata Pelajaran IPS  ..............................        6
D.    Pelajaran IPS SD ...........................................................................        7
E.     Metode Pembelajaran IPS di SD ...................................................        9
F.      Perkembangan Sosial Anak ...........................................................        9
G.    Bentuk-Bentuk Tingkah Laku Sosial .............................................      12
H.    Faktor-Faktor yang mempengaruhi Perkembangan Sosial
Anak ..............................................................................................      13
I.       Pengaruh Perkembangan Sosial terhadap Tingkah Laku ...............      14
J.       Pengaruh Pembelajaran IPS terhadap perkembangan Sosial
Anak ..............................................................................................      15
BAB IV PENUTUP
A.    Kesimpulan  ...................................................................................      18
B.     Saran ..............................................................................................      18

DAFTAR PUSTAKA





BAB I
PENDAHULUAN

A.                Latar Belakang
Sekolah Dasar adalah tempat dimana pengetahuan dasar diajarkan kepada anak. Dengan pengetahuan dasar inilah, anak memperoleh pengalaman yang kelak akan diaplikasikan di keluarga, masyarakat, serta lingkungan sekitar. Selain itu, pengetahuan SD juga dijadikan prasarat agar nanti di jenjang pendidikan selanjutnya dapat lancar.
Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang efektif dan efisien agar tujuan pembelajaran dapat terlaksana dengan baik. jika pembelajarannya baik, maka akan memberi pengaruh pada perkembangan anak. Terlebih lagi pelajaran IPS adalah pelajaran yang berbasis pada hal-hal yang berhubungan dengan sosial. Anak pada usia itu masih sangat mengandalkan sifat sosialnya seperti bermain bersama dan belajar bersama. Pembelajaran IPS di SD sangat mempengaruhi perkembangan sosial anak. Apa yang dipelajari pada mata pelajaran IPS SD bisa termanifestasikan pada tingkah laku anak, seperti cara berbicara, bertingkah laku, sampai sopan santun.
Oleh karena itu, penting untuk mengetahui apa saja pengaruh pembelajaran IPS di SD bagi anak. Dengan begitu, sebagai calon guru SD, mahasiswa bisa mencari solusi atau alternatif yang tepat agar pembelajaran khususnya IPS di SD bisa membawa pengaruh yang baik kepada diri anak, sehingga perkembangan sosial anak dapat berkembang menuju ke arah yang lebih baik. Untuk memudahkan pembahasan ke depan, anak yang dimaksud dalam pembahasan nanti adalah siswa SD dalam lingkup sekolah dasar.

B.                 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui apa pengaruh pembelajaran IPS terhadap perkembangan sosial anak yang berkaitan dengan tingkah laku.
 
C.                 Rumusan Masalah
1.                   Bagaimana pembelajaran IPS di sekolah dasar? 
 2.                   Apa tujuan Pendidikan IPS di SD? 
3.                 Apa saja kemampuan guru yang diperlukan dalam mata pelajaran IPS? 
4.                  Apa saja yang ada dalam pelajaran IPS di SD?
5.                   Bagaimana dengan metode Pembelajaran IPS di SD?
6.                   Bagaimana dengan perkembangan sosial anak?
7.                   Apa bentuk tingkah laku sosial siswa SD? 
8.                  Faktor-faktor apa saja yang mempengarui perkembangan sosial anak?
9.                   Apa pengaruh perkembangan sosial anak terhadap tingkah laku?
10.              Apa pengaruh pembelajaran IPS terhadap perkembangan sosial anak?






BAB II
PEMBAHASAN


A.                Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar

Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses kerjasama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber daya yang ada baik potensi yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendirri seperti minat, bakat dan kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi yang ada di luar diri siswa seperti lingkungan, sarana dan sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai tujuan belajar tertentu (Wina Sanjaya, 2010: 26)
Ilmu Pengetahuan Sosial kini sudah tidak asing lagi di telinga kita. Istilah “Ilmu Pengetahuan Sosial”, disingkat IPS merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah dasar menengah atau nama program studi di perguruan tinggi yang identik dengan istilah “social studies”.. (Sapriya, 2009: 19). Namun dalam perkembangannya, mata pelajaran IPS ini mulai diadakan di sekolah tingkat dasar. Dengan kehadiran mata pelajaran IPS ini, diharapkan akan menambah pengetahuan dasar anak.
Pembelajaran IPS di sekolah dasar bersifat pemaduan atau penggabungan dari ilmu-ilmu sosial, seperti sejarah, geografi, sosiologi, dan lain-lain. Pendidikan IPS juga lebih menekankan pada aspek pendidikan. Dengan mempelajari IPS, diharapkan anak dapat memiliki sikap, moral dan tingkah laku yang baik sesuai dengan tuntutan yang ada di masyarakat.
Pembelajaran IPS sendiri bisa dikatakan sebagai suatu proses. Proses dari yang dulunya buruk menjadi lebih baik. dengan adanya proses tersebut, maka akan mengubah tingkah laku anak. Perubahan yang diharapkan tentu saja adalah perubahan yang bersifat positif. Bersifat positif maksudnya, perubahan tersebut sesuai dengan harapan. Jangan sampai, karena proses pembelajaran IPS di SD, malah membuat perubahan ke arah yang negatif.
 
Pembelajaran IPS di SD akan menghasilkan kepada tiga perubahan, yaitu:
1.      Perubahan dalam ranah kognitif
Dengan adanya pemnelajaran IPS, maka diharapkan pengetahuan anak tentang Ilmu Pengetahuan Sosial menjadi lebih baik yang kelak akan digunakan sebagai pengetahuan dasar di masyarakat dan digunakan untuk prasyarat memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
2.      Perubahan dalam ranah afektif
Perubahan dalam ranah afektif ini agak sulit terlihat. Namun, kita dapat melihat perubahan dalam ranah afektif ini melalui tingkah laku yang dilakukan oleh anak. Misalnya, dalam pelajaran IPS diajarkan atau secara implisit disisipkan tentang budi pekerti, tentang bagaimana bersosialisasi dengan baik, baik dengan keluarga, dengan teman, maupun dengan masyarakat. Jika anak sudah menunjukkan perubahan ke arah yang lebih baik, maka perubahan perilaku anak perlu dijaga dan ditingkatkan.
3.      Perubahan dalam ranah psikomotorik
Ini bisa dilihat dari tingkah laku anak yang dapat dilihat secara fisik. Misal, bagaimana cara duduk, cara makan, cara minum, dan lain sebagainya. Dengan pembelajaran IPS ini, diharapkan bisa mengubah tingkah laku siswa yang salah menuju ke arah yang benar.

Agar perubahan tingkah laku anak dapat diperoleh secara maksimal, maka dalam proses pembelajaran, keterlibatan anak haruslah setinggi mungkin. anak harus dibuat aktif saat proses pembelajaran agar potensi dan minatnya dapat meningkat. Guru harus mempunyai strategi yang tepat untuk membuat siswanya menjadi aktif dan dapat melibatkan aktivitas mental anak.
Kualitas pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang dapat mengubah tingkah laku anak menuju ke arah yang lebih baik atau bisa dikatakan menuju ke arah yang telah ditetapkan. Maka dari itu, guru harus pandai-pandai mengelola kelas agar dapat menciptakan suasana yang kondusif agar anak dapat terlibat dalam pembelajaran yang dilakukan di kelas itu. guru harus pandai memotivasi siswa agar selalu terbuka, inovatif, dan kreatif.
Sebagai contoh, metode pembelajaran role playing (bermain peran). Sebenarnya, dalam pembelajaran IPS, metode ini sangat tepat untuk digunakan di mata pelajaran IPS, khususnya yang berkaitan dengan sosiologi. Dengan sistem ini, anak bisa merasakan langsung bagaimana jika mereka praktek tanpa disesaki oleh teori-teori. Walaupun, metode ceramah sendiri juga bagus untuk digunakan, namun jika dalam pembelajaran IPS terus menerus menggunakan metode ceramah, maka yang didapat pengetahuan yang bersifat teori dan anak biasanya kesulitan mengaplikasikan di dalam kehidupan.


B.                 Tujuan Pendidikan IPS di SD

Terkait dengan perilaku, tujuan pendidikan IPS bisa dikatakan membimbing anak untuk bertingkah laku sesuai dengan nilai yang terkandung di masyarakat. Termasuk di dalamnya nilai-nilai Pancasila. Bila dijabarkan, maka akan didapat sebagai berikut:
1.      Terkait dengan sila ketuhanan, maka melalui pembelajaran IPS diharapkan anak dapat mempunyai toleransi terhadap orang yang mempunyai keyakinan yang lain dengannya.
2.      Terkait dengan sila kemanusiaan, diharapkan melalui pembelajaran IPS dapat memupuk nilai-nilai saling menghargai, tenggang rasa, kejujuran, dan lain sebagainya.
3.      Terkait dengan sila persatuan, maka diharapkan, anak dapat menghargai perbedaan dan menjadikan perbedaan itu sebagai anugerah.
4.      Terkait dengan sila kerakyatan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam permusyawaratan perwakilan, diharapkan anak mampu membudayakan budaya saling menghargai dan membiasakan bermusyawarah dalam setiap mengambil keputusan. Misalnya, saat pemilihan ketua kelas.
5.      Terkait dengan sila keadilan sosial bagi seluruh Indonesia, diharapkan anak dapat berbuat adil terhadap sesama. Misal, tentang jadwal piket. Dalam jadwal piket, jadwal piket yang baik haruslah dibuat secara adil.

Terlepas dari itu semua, tujuan yang penting adalah pembelajaran IPS harus mampu melatih tanggung jawab anak. Selain itu, penting juga untuk melatih anak dalam membiasakan dan mudah beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
Di sekolah dasar, masih ditemukan teknik pembelajaran yang berpusat pada guru sehingga potensi yang ada dalam diri anak menjadi kurang berkembang. Padahal, tujuan pendidikan IPS adalah mengembangkan potensi yang ada di dalam diri anak agar bisa bermanfaat baik bagi dirinya sendiri, maupun bagi lingkungan sekitar. Oleh karena itu, sebenarnya sistem pembelajaran yang seperti ini bisa menghambat perkembangan sosial anak. Anak menjadi pasif dan kurang aktif di kelas. Untuk itulah, perlu dicari metode yang tepat dalam pengajaran materi IPS SD.


C.                 Kemampuan Guru dalam Pembelajaran IPS

Guru adalah pengajar sekaligus pendidik. Di kelas, guru harus bisa membelajarkan siswanya. Dalam pembelajaran IPS di SD, seorang guru harus pandai-pandai mengelola kelas agar tercipta suasana yang kondusif untuk belajar.
Membuka pelajaran sesuatu yang penting dalam mengawali pembelajaran. Membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan suasana kesiapan mental anak dan menumbuhkan perhatian anak terhadap hal-hal yang akan dipelajari selanjutnya. Kesiapan mental yang dimaksud adalah adanya minat dan dorongan dari diri anak untuk menerima pelajaran. Kesiapan mental timbul jika suasana mendukung dan guru mendorong terciptanya suasana yang kondusif untuk pembelajaran.
Sebenarnya, kita dapat menarik garis lurus, bahwa aktivitas membuka pelajaran pada hakikatnya merupakan upaya guru menarik perhatian anak, menimbulkan motivasi, memberi acuan, dan membuat keterkaitan dengan pembelajaran sebelumnya. Menarik perhatian siswa dapat dilakukan antara lain dengan gaya mengajar yang komunikatif, penggunaan alat bantu mengajar, dan pola interaksi yang bervariasi. Kemampuan melaksanakan proses pengajaran menunjuk kepada sejumlah aktivitas yang dilakukan oleh guru ketika ia menyajikan bahan pelajaran. Pada tahap ini berlangsung interaksi antara guru dengan siswa, antarsiswa, dan antara siswa dengan kelompok belajarnya.
Kemampuan mengakhiri atau menutup pelajaran juga penting bagi pembelajaran IPS di SD. Kemampuan mengakhiri ini merupakan kegiatan guru baik pada akhir jam pelajaran maupun pada setiap penggalan kegiatan belajar mengajar. Kegiatan ini dilakukan agar anak memperoleh gambaran yang utuh mengenai pokok-pokok materi yang dipelajarinya. Menutup pelajaran secara umum terdiri atas kegiatan-kegiatan meninjau kembali materi yang telah dipelajari dan mengevaluasi.


D. Pelajaran IPS di SD

IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, anak diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta amai.

Mata pelajaran IPS bertujuan agar anak didik memiliki kemampuan sbb:
a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis,rasa ingin tahu,inkuiri, memecahkan masalah, dan keteramplan dalam kehidupan sosial.
c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
d. Memiliki kemampuan berkomonikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang mejemuk, ditingkat lokal,nasional, dan global.

Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
a. Manusia, tempat, dan lingkungan.
b. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan.
c. Sistem sosial dan budaya.
d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

Tema-tema IPS SD yang Perlu Mendapat Perhatian

Secara gradual, di bawah ini akan diungkapkan beberapa tema IPS SD yang perlu mendapat perhatian kita bersama, antara lain :
a.       IPS SD sebagai Pendidikan Nilai (value education), yakni :
Mendidikkan nilai-nilai yang baik yang merupakan norma-norma keluarga dan masyarakat; Memberikan klarifikasi nilai-nilai yang sudah dimiliki siswa; Nilai-nilai inti/utama (core values) seperti menghormati hak-hak perorangan, kesetaraan, etos kerja, dan martabat manusia sebagai upaya membangun kelas yang demokratis.
b.      IPS SD sebagai Pendidikan Multikultural,
yakni mendidik anak bahwa perbedaan itu wajar; Menghormati perbedaan etnik, budaya, agama, yang menjadikan kekayaan budaya bangsa;· Persamaan dan keadilan dalam perlakuan terhadap kelompok etnik atau minoritas.
c.       IPS SD sebagai Pendidikan Global (global education), yakni :
Mendidik anak akan kebhinekaan bangsa, budaya, dan peradaban di dunia; Menanamkan kesadaran ketergantungan antar bangsa; menanamkan kesadaran semakin terbukanya komunikasi dan transportasi antar bangsa di dunia; mengurangi kemiskinan, kebodohan dan perusakan lingkungan.


E. Metode Pembelajaran IPS SD

Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewsaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan anak akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.
Sesuai dengan karakteristik anak dan IPS SD, maka metode ekspositori akan menyebabkan siswa bersikap pasif, dan menurunkan derajat IPS menjadi pelajaran hafalan yang membosankan. Guru yang bersikap memonopoli peran sebagai sumber informasi, selayaknya meningkatkan kinerjanya dengan metode pembelajaran yang bervariasi, seperti menyajikan cooperative learning model; role playing, jigsaw, membaca sajak, buku (novel), atau surat kabar/majalah/jurnal agar anak diikutsertakan dalam aktivitas akademik. Menerapkan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) yang memungkinkan anak mengerjakan kegiatan yang beragam untuk mengembangakan ketrampilan, sikap dan pemahaman dengan penekanan belajar sambil bekerja, sementara guru menggunakan berbagai sember dan alat bantu belajar termasuk pemanfaatan lingkungan supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan efektif. Tentu saja guru harus menimba ilmunya dan melatih keterampilannya, agar ia mampu menyajikan pembelajaran IPS SD dengan menarik.


F. Perkembangan Sosial Anak

1.      Hakekat dan Makna Perkembangan Sosial Anak

Menurut Hurlock perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial dengan berprilaku yang dapat diterima secara sosial, memenuhi tuntutan yang diberikan oleh kelompok sosial, dan memiliki sikap yang positif terhadap kelompok sosialnya.
Syamsu Yusuf (2007)  menyatakan bahwa perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagao proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi ; meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama.
Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya.
Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirsakan sejak usia enam bulan, disaat itu mereka telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang mendengar suara keras) dan kasih sayang. Sunarto dan Hartono (1999) menyatakan bahwa  :
Hubungan sosial (sosialisasi) merupakan hubungan antar manusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial mulai dari tingkat sederhana dan terbatas, yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan demikian tingkat hubungan sosial juga berkembang amat kompleks.
 Dari kutipan diatas dapatlah dimengerti bahwa semamin bertambah usia anak maka semakin kompleks  perkembangan sosialnya, dalam arti mereka semakin membutuhkan orang lain. Tidak dipungkiri lagi bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak akan mampu hidup sendiri, mereka butuh interaksi dengan manusia lainnya, interaksi sosial merupakan kebutuhan kodrati yang dimiliki oleh manusia.


2.       Kekhasan Perkembangan sosial anak.

Bertitik tolak pada perkembangan intelektual dan psikososial anak, hal ini menunjukkan bahwa mereka mempunyai karakteristik sendiri, di mana dalam proses berfikirnya, mereka belum dapat dipisahkan dari dunia kongkrit atau hal-hal yang faktual, sedangkan perkembangan psikososial anak usia sekolah dasar masih berpijak pada prinsip yang sama di mana mereka tidak dapat dipisahkan dari hal-hal yang dapat diamati, karena mereka sudah diharapkan pada dunia pengetahuan.
Pada usia ini mereka masuk sekolah umum, proses belajar mereka tidak hanya terjadi di lingkungan sekolah, karena mereka sudah diperkenalkan dalam kehidupan yang nyata di dalam lingkungan masyarakat. Nasution (1992) mengatakan bahwa masa kelas tinggi sekolah dasar mempunyai beberapa sifat khas sebagai berikut :
1)      adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang kongkrit,
2)      amat realistik, ingin tahu dan ingin belajar,
3)      menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus,
4)      pada umumnya anak menghadap tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikan sendiri,
5)      pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi sekolah,
6)      anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk bermain bersama-sama.

Seperti dikatakan Darmodjo (1992) anak usia sekolah dasar adalah anak yang sedang mengalami perrtumbuhan baik pertumbuhan intelektual, emosional maupun pertumbuhan badaniyah, di mana kecepatan pertumbuhan anak pada masing-masing aspek tersebut tidak sama, sehingga terjadi berbagai variasi tingkat pertumbuhan dari ketiga aspek tersebut. Ini suatu faktor yang menimbulkan adanya perbedaan individual pada anak-anak sekolah dasar walaupun mereka dalam usia yang sama.


G.     Bentuk – Bentuk Tingkah laku Sosial

Dalam perkembangan menuju kematangan sosial, anak mewujudkan dalam bentuk-bentuk interakasi sosial diantaranya :
1.       Pembangkangan (Negativisme)
Bentuk tingkah laku melawan. Tingkah laku ini terjadi sebagai reaksi terhadap penerapan disiplin atau tuntutan orang tua atau lingkungan yang tidak sesuai dengan kehendak anak. Tingkah laku ini mulai muncul pada usia 18 bulan dan mencapai puncaknya pada usia tiga tahun dan mulai menurun pada usia empat hingga enam tahun.
Sikap orang tua terhadap anak seyogyanya tidak memandang pertanda mereka anak yang nakal, keras kepala, tolol atau sebutan negatif lainnya, sebaiknya orang tua mau memahami sebagai proses perkembangan anak dari sikap dependent menuju kearah independent.
2.       Agresi (Agression)
Yaitu perilaku menyerang balik secara fisik (nonverbal) maupun kata-kata (verbal). Agresi merupakan salah bentuk reaksi terhadap rasa frustasi ( rasa kecewa karena tidak terpenuhi kebutuhan atau keinginannya). Biasanya bentuk ini diwujudkan dengan menyerang seperti ; mencubut, menggigit, menendang dan lain sebagainya.
Sebaiknya orang tua berusaha mereduksi, mengurangi agresifitas anak dengan cara mengalihkan perhatian atau keinginan anak. Jika orang tua menghukum anak yang agresif maka agretifitas anak akan semakin memingkat.
3.       Berselisih (Bertengkar)
Sikap ini terjadi jika anak merasa tersinggung atau terganggu oleh sikap atau perilaku anak lain.
4.       Menggoda (Teasing)
Menggoda merupakan bentuk lain dari sikap agresif, menggoda merupakan serangan mental terhadap orang lain dalam bentuk verbal (kata-kata ejekan atau cemoohan) yang menimbulkan marah pada orang yang digodanya.
5.       Persaingan (Rivaly)
Yaitu keinginan untuk melebihi orang lain dan selalu didorong oleh orang lain. Sikap ini mulai terlihat pada usia empat tahun, yaitu persaingan prestice dan pada usia enam tahun semangat bersaing ini akan semakin baik.
6.       Kerja sama (Cooperation)
Yaitu sikap mau bekerja sama dengan orang lain. Sikap ini mulai nampak pada usia tiga tahun atau awal empat tahun, pada usia enam hingga tujuh tahun sikap ini semakin berkembang dengan baik.
7.       Tingkah laku berkuasa (Ascendant behavior)
Yaitu tingkah laku untuk menguasai situasi sosial, mendominasi atau bersikap bossiness. Wujud dari sikap ini adalah ; memaksa, meminta, menyuruh, mengancam dan sebagainya.
8.       Mementingkan diri sendiri (selffishness)
Yaitu sikap egosentris dalam memenuhi interest atau keinginannya
9.       Simpati (Sympaty)
Yaitu sikap emosional yang mendorong individu untuk menaruh perhatian terhadap orang lain mau mendekati atau bekerjasama dengan dirinya. 


H.     Faktor – faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Anak

      Perkembangan sosial anak dipengaruhi beberapa faktor yaitu :
1.      Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga, pola pergaulan, etika berinteraksi dengan orang lain banyak ditentukan oleh keluarga.
2.      Kematangan
Untuk dapat bersosilisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik dan psikis sehingga mampu mempertimbangkan proses sosial, memberi dan menerima nasehat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional, disamping itu kematangan dalam berbahasa juga sangat menentukan.
3.      Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi keluarga dalam masyarakat. Perilaku anak akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya.
4.      Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, anak memberikan warna kehidupan sosial anak didalam masyarakat dan kehidupan mereka dimasa yang akan datang.
5.      Kapasitas Mental : Emosi dan Intelegensi
Kemampuan berfikir dapat banyak mempengaruhi banyak  hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Perkembangan emosi perpengaruh sekali terhadap perkembangan sosial anak. Anak yang berkemampuan intelek tinggi akan berkemampuan berbahasa dengan baik. Oleh karena itu jika perkembangan ketiganya seimbang maka akan sangat menentukan keberhasilan perkembangan sosial anak.


I.     Pengaruh Perkembangan Sosial terhadap Tingkah Laku

          Dalam perkembangan sosial anak, mereka dapat memikirkan dirinya dan orang lain. Pemikiran itu terwujud dalam refleksi diri, yang sering mengarah kepenilaian diri dan kritik dari hasil pergaulannya dengan orang lain. Hasil pemikiran dirinya tidak akan diketahui oleh orang lain, bahkan sering ada yang menyembunyikannya atau  merahasiakannya.
Pikiran anak sering dipengaruhi oleh ide-ide dari teori-teori yang menyebabkan sikap kritis terhadap situasi dan orang lain, termasuk kepada orang tuanya. Kemampuan abstraksi anak sering menimbulkan kemampuan mempersalahkan kenyataan dan peristiwa-peristiwa dengan keadaan bagaimana yang semstinya menurut alam  pikirannya.
Disamping itu pengaruh egoisentris sering terlihat, diantaranya berupa :
1.      Cita-cita dan idealism yang baik, terlalu menitik beratkan pikiran sendiri, tanpa memikirkan akibat labih jauh dan tanpa memperhitungkan kesulitan praktis yang mungkin menyebabkan tidak berhasilnya menyelesaikan persoalan.
2.      Kemampuan berfikir dengan pendapat sendiri, belum disertai pendapat orang lain daalm penilaiannya.
Melalui banyak pengalaman dan penghayatan  kenyataan serta dalam menghadapi pendapat orang lain, maka sikap ego semakin berkurang dan diakhir masa remaja sudah sangat kecil rasa egonya sehingga mereka dapat bergaul dengan baik.


J.                   Pengaruh Pembelajaran IPS terhadap Perkembangan Sosial Anak

Setelah mengetahui bagaimana pembelajaran IPS di sekolah dasar, seorang guru harus pandai-pandai bagaimana mengajarkan mata pelajaran IPS ini. Pembelajaran yang baik harus sesuai dengan rancangan yang dibuat agar tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran IPS tecapai. Untuk itu diperlukan guru yang pandai dalam mengelola kelas agar tercipta suasana kelas yang kondusif untuk pembelajaran. Jika sudah demikian, maka guru harus mencocokkan antara materi yang akan diajarkan dengan metode yang digunakan agar materi tersampaikan ke diri anak.
            Pembelajaran IPS ini membawa pengaruh ke diri siswa. Dalam kehidupan anak di sekolah, sebenarnya siswa membawa budaya yang dibawa dari keluarganya atau dari masyarakatnya. Namun, bagaimanapun juga, peran guru dalam pembelajaran IPS SD sangat penting. Sehingga apa yang di dapat anak di SD akan dibawa juga ke keluarganya dan masyarakatnya.
Misalnya, kasus pertama, di sekolah SD yang favorit, biasanya guru banyak memberikan tugas pekerjaan rumah yang banyak kepada anak. Tugas pekerjaan rumah ini diberikan dengan maksud agar waktu bermain siswa menjadi berkurang. Dengan demikian, anak mempunyai waktu lebih banyak untuk belajar.
Selanjutnya, kasus kedua ada seorang anak yang sekolah di sekolah dasar, namun gurunya jarang memberi pekerjaan rumah kepada siswanya sehingga anak mempunyai waktu bermain lebih banyak. Kondisi ini bertolak belakang dengan kasus pertama.
Seandainya siswa SD pada kasus pertama dan anak pada kasus kedua berada dalam 1 dusun yang sama, tentu ini akan mempengaruhi perkembangan sosial anak. Anak dalam kasus pertama bisa dikatakan jarang bermain karena banyak tugas atau banyak pekerjaan rumah. Sedangkan anak pada kasus kedua banyak waktu bermain.
Kasus diatas hanya dilihad dari metode pembelajaran guru yang berbeda. Jika penggunaan media dalam pembelajaran berbeda antara sekolah yang satu dengan yang lainnya, maka perkembangan sosial yang dialami juga akan berbeda.
Misal, ada sekolah SD yang sudah menggunakan media power point dalam pembelajarannya, tentu perkembangan sosial siswanya berbeda dengan anak yang pembelajarannya masih dengan papan tulis kapur. Siswa yang menggunakan media yang modern dalam pembelajarannya, cenderung berpikiran bahwa pembelajaran haruslah modern pula, sebaliknya, anak yang menggunakan pembelajaran yang masih menggunakan media ala kadarnya, maka pikiran anak pun berbeda.
            Oleh karena itu, guru harus pandai-pandai mengetahui kondisi perkembangan sosial anak. Guru bisa mengetahui perkembangan sosial siswanya dengan pembagian angket, ataupun melakukan tanya jawab dengan orangtua anak, ataupun bertanya langsung dengan siswanya. Dengan demikian, perkembangan sosial anak, dapat terus terawasi, baik oleh guru maupun oleh orangtua anak.





BAB III
PENUTUP

A.                Kesimpulan
Pembelajaran IPS di sekolah dasar haruslah menghasilkan perubahan yang baik pada diri anak. Perubahan ini meliputi ranah afektif, ranah kognitif, dan ranah psikomotor.
Terkait dengan tujuan pembelajaran IPS, tujuan pendidikan IPS bisa dikatakan membimbing anak untuk bertingkah laku sesuai dengan nilai yang terkandung di masyarakat. Nilai-nilai ini harus sejalan dengan Pancasila.
Kemampuan guru dalam pembelajaran IPS harus baik. kemampuan guru dalam pembelajaran IPS di SD ini mulai dari membuka pelajaran sampai menutup pelajaran.
Mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa mempunyai kemampuan dasar dalam berhubungan dengan manusia lain. Pembelajaran IPS haruslah menerapkan pembelajaran menarik, kreati, efektif, dan menyenangkan, agar perkembangan sosial anak nantinya dapat berkembang dengan baik.
Dalam perkembangannya anak akan mewujudkan dalam bentuk-bentuk interaksi sosial terentu. Selain itu, banyak faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak dan pada akhirnya, perkembangan sosial ini akan mempengaruhi tingkah laku anak. Sehingga diharapkan, bahwa pembelajaran IPS di SD akan mempengaruhi perkembangan sosial anak menuju tingkah laku yang baik.

B.                 Saran
Sebagai calon guru SD, mahasiswa haruslah menyiapkan strategi pembelajaran yang tepat agar nanti pembelajaran yang dilakukan dapat membawa pengaruh yang baik bagi anak. Karena perkembangan anak berbeda-beda, guru harus pandai-pandai mengelola siswanya.






DAFTAR PUSTAKA


Sapriya. Pendidikan IPS. 2009. Bandung:PT Remaja Rosdakarya.

Wina Sanjaya. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. 2010. Jakarta: Kencana Prenada Media



http://h4md4ni.wordpress.com/perkembang-anak/, diakses jam 9.49, 30 September 2011





Posting Komentar

0 Komentar