Advertisement

Main Ad

III Epistemologi dan Logika Pendidikan - Gejala Tahu, Pengetahuan, dan Teknologi


Makalah
Gejala Tahu,  Pengetahuan, Ilmu, dan Teknologi


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Epistemologi dan Logika Pendidikan

Dosen pengampu :
Drs. T. Sulistyono, M.Pd., MM


                     Disusun oleh :
Nurjanah Pratiwi                     10108241081
Rizqi Munandar                      10108241082
Arif Nur Hidayat                    10108241083



 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2011



KATA PENGANTAR


            Pertama-tama kami panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul :
Gejala Tahu, Pengetahuan, Ilmu, dan Teknologi
Kiranya, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada:
1.      Bapak Drs. T. Sulistyono, M.Pd., MM sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, bimbingan, dan saran yang sangat membantu dalam penyusunan makalah ini.
  1. Keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan material maupun spiritual.
  2. Teman-teman kelas III C PGSD Kampus III FIP  UNY yang selalu memberikan dukungan  dalam penyelesaian makalah ini.
  3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan kontribusi positif dalam proses pembuatan makalah ini.

Dengan adanya makalah ini kami berharap dapat memberikan tambahan pengetahuan bagi pembaca dan sekaligus mendorong adanya makalah-makalah lain ntuk memajukan wawasan ilmu pengetahuan.
Dengan segala keterbatasan yang ada pada penyusun dan makalah ini, dengan rendah hati kami mengharap kritik dan saran dari semua pihak dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.


Yogyakarta, September 2011


Penyusun




DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................         i
KATA PENGANTAR  ......................................................................................        ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………......................       iii

BAB I PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang Masalah ..................................................................        1
B.     Tujuan Penulisan ............................................................................        1

BAB III PEMBAHASAN
A.     Gejala Tahu ....................................................................................        2
B.     Pengetahuan ...................................................................................        5
1.      Pengertian dan Hakekat Pengetahuan......................................        5
2.      Jenis-Jenis Pengetahuan............................................................        6
3.      Sumber-sumber pengetahuan....................................................        9
C.     Ilmu  ...............................................................................................      12
D.    Teknologi .......................................................................................      16
1.      Pengertian Teknologi................................................................      16
2.      Dampak Positif dan negatif dari Perkembangan Teknologi.....      17
3.      Manfaat Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam
Kehidupan Sehari-hari..............................................................      19
4.      Aplikasi Teknologi....................................................................      20
5.      Peranan Informasi dan Revolusi Teknologi Informasi.............      21

BAB IV PENUTUP
A.     Kesimpulan  ...................................................................................      26
B.     Saran ..............................................................................................      26

DAFTAR PUSTAKA




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Manusia memulai hidup di dunia ini dengan tahu akan sesuatu. Kita mengetahui sesuatu melalui indera yang kita punya. Lewat indera kita, kita bisa tahu sesuatu yang ada di dunia ini.  Dengan adanya tahu ini, maka akan menjadi modal yang kuat untuk menjadi sebuah pengetahuan. Dengan pengetahuan inilah, manusia bisa terus berkembang tingkat kehidupannya.
Setelah pengetahuan ada, maka lama kelamaan berkembang menjadi ilmu. Ilmu sendiri mempunyai syarat-syarat tertentu agar suatu pengetahuan bisa dikatakan sebagai ilmu. Semakin lama, muncullah teknologi sebagai perkembangan dari ilmu.
Manusia tidak bisa lepas dari tahu, pengetahuan, ilmu, dan teknologi karena mereka akan senantiasa melekat pada setiap diri manusia. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mempelajari itu semua. Jika kita tidak mempelajari itu semua, kita yang hidup sebagai manusia bisa jadi kurang berkembang dalam hidup bermasyarakat. Apalagi di tengah teknologi yang sedang berkembang ini. Kita tidak bisa lepas begitu saja dari teknologi.
Di tengah era global ini, sudah selayaknya kita menyesuaikan diri dengan perkembangan yang ada. Kita harus pandai-pandai menyesuaikan diri. Oleh karena itu, pengetahuan akan tahu, pengetahuan, ilmu, dan teknologi ini akan membantu kita dalam menghadapi tantangan jaman ke depan.



B.     Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah memberikan gambaran tentang apa itu gejala tahu, pengetahuan, ilmu, dan teknologi.





BAB II
PEMBAHASAN


A.    Gejala Tahu

Aristoteles pernah mengatakan bahwa “setiap manusia dari kodratnya ingin tahu”. Ia begitu yakin mengenai hal itu sehingga dorongan untuk tahu ini tidak hanya disadari tetapi benar-benar diwujudkan di dalam karyanya sendiri.
            Pengetahuan sendiri merupakan gejala kodrati pada manusia, dan itu menjadi bagian dari segala aktivitas manusia. Bahkan kegiatan yang sederhana, seperti menjawab pertanyaan, meminta pertolongan, pergi ke toko, memasak, menyapu, dan lain sebagainya memerlukan sesuatu yang kita sebut dengan tahu atau pengetahuan.
            Misalnya jika kita ditanya, siapa pencetus teori relativitas? Kita menjawab Albert Einstein. Apa artinya itu? Selanjutnya, misal ada bayi, bayi tersebut selalu menangis ketika digendong sama orang lain. Tapi jika bayi tersebut digendong oleh ibunya, perlahan-lahan, tangisan bayi tersebut berhenti. Bayi itu tahu dan kenal ibunya. Bagaimana dia bisa tahu itu? jadi gejala tahu dan mengetahui adalah gejala kodrati.
            Setiap orang mengalaminya. John Dewey, seorang filsuf Inggris, mengatakan bahwa bila manusia ingin mengetahui sesuatu, prosesnya tidak misterius, tapi suatu yang lumrah seperti kalau ia ingin makan untuk mengusir rasa laparnya. Mengetahui, seperti halnya makan, minum, tidur, dan berjalan adalah sesuatu yang bersifat kodrati pada manusia.
            Jika diperhatikan dengan seksama, tahu dan pengetahuan bukan hanya merupakan gejala kodrati pada manusia. Jika ada anjing yang mengibas-ngibaskan ekor saat majikannya datang, itu tandanya ia mengenal majikannya. Tapi sebaliknya, jika ada anjing yang begitu melihat orang yang mengendap-endap, anjing tersebut langsung menyalak dan bersikap menyerang, anjing itu tahu bahwa yang datang adalah orang asing.
 
            Jadi dapat disimpulkan bahwa tahu atau pengetahuan merupakan gejala yang ada pada makhluk hidup. Menurut Poedjawijatna, manusia dari kodratnya memiliki rasa ingin tahu. Ia ingin tahu tentang apa saja. Oleh sebab itu ia bertanya untuk memuaskan rasa ingin tahu itu. apabila ada jawaban, ia puas. Tetapi, rasa puas itu hanya bertahan sementara waktu. Ia ingin bertanya lagi. Semakin dewasa, pertanyaan manusia makin banyak, sebab ia ingin tahu lebih banyak.
            Sebagai makhluk berakal budi, rasa ingin tahu pada manusia sangat erat berkaitan dengan bertanya. Hanya makhluk berakal budi yang bertanya. Tapi, mengapa manusia sampai bertanya? Manusia bertanya karena rasa takjub, dan heran. Dalam setiap kegiatan tahu dan mengetahui, ada aspek kesadaran. Misalnya, jika kaki kiri saya kotor karena lumpur, saya juga menyadari bahwa kaki kiri saya memang kotor.
            Menurut Poedjawijatna, manusia bisa tahu segala sesuatu. Apa saja. Manusia ingin tahu tentang alam sekitar, tentang langit, tentang hewan, tentang tumbuhan, tentang benda mati, tentang manusia. Bahkan manusia ingin tahu dan mengerti tentang malaikat dan Tuhan. Manusia ingin tahu hal-hal konkrit, juga ingin tahu hal-hal abstrak. Ia ingin tahu dan melihat pemandangan yang indah di pegunungan, tapi ia juga ingin mengetahui apa itu keindahan. Pendeknya, manusia ingin tahu semuanya. Rasa ingin tahu itu tidak ada habis-habisnya, tidak ada batasnya, tidak pernah kering. Manusia ingin tahu apa yang ada dan yang mungkin ada. Keingintahuan itu hanya berakhir kalau manusia tidak ada lagi.
            Tapi, manusia tidak tahu sembarangan. Manusia ingin tahu sesuatu yang benar. Tidak pernah manusia ingin tahu sesuatu yang tidak benar. Hanya kebenaran yang dapat memuaskan rasa tahu itu. berarti, dari kodratnya manusia ingin mengetahui kebenaran.
            Prof. Dr. Poedjawijatna, dalam bukunya Tahu dan Pengetahuan (Rinekacipta, 1991) sebagai berikut:
1.      Manusia ingin tahu
Keingintahuan didorong oleh rasa kagum karena tidak tuntas hal-hal di sekitarnya. Untuk itu manusia bertanya. Bila keingintahuannya terpenuhi, ia puas. Pertanyaan akan diajukan tanpa henti-hentinya karena kepuasan manusia ada batasnya. Semakin dewasa, manusia mengajukan pertanyaan semakin banyak.
2.      Manusia ingin tahu yang benar
Tidak seorangpun yang cinta kekeliruan. Manusia menginginkan tahu yang benar. Pemuas rasa ingin tahu manusia yang paling dalam adalah kebenaran. Maka, apabila manusia keliru, ia menyadari bahwa apa yang diketahuinya itu tidak benar. Dan dia ingin mengetahui yang benar. Demikian seterusnya. Tidak pernah manusia dengan sengaja menginginkan kekeliruan. Kalau ia keliru, itu karena keterbatasannya sebagai manusia.
3.      Objek tahu ialah apa yang ada dan yang mungkin ada
Manusia ingin tahu segala-galanya. Yang membatasi keingintahuan itu hanyalah kehidupannya. Yang merangsang ingin tahu pertama-tama adalah alam sekitar melalui pancaindera. Persentuhan indera dengan alam dinamakan pemgalaman. Dalam persentuhan itu, seluruh indera dan diri manusia terlibat. Mencium memang langsung terjadi melalui indera penciuman, tapi sebetulnya seluruh diri manusia yang terlibat. Itulah sebabnya kita tidak mengatakan hidungku mencium bau, tetapi saya mencium bau. Saya tidak mengatakan mataku melihat pohon, melainkan saya melihat pohon. Pengalaman bukanlah pengetahuan yang sebenarnya, tapi hanya memungkinkan pengetahuan. Pengetahuan yang sebenarnya baru ada apabila manusia mengadakan keputusan atas objek.
4.      Manusia tahu bahwa ia tahu
Karena keputusan itulah, manusia tahu bahwa dia tahu. Jadi, pengetahuan melibatkan kesadaran, meskipun pengetahuan dan kesadaran tidak sama persis.  Tentang manusia tahu bahwa dia tahu, dijelaskan Poedjawijatna secara sederhana sebagai berikut:
            “manusia tahu benar, bahwa ia tidak tahu sesuatu, maka bertanyalah ia misalnya kepada orang lain, lalu diberitahu; setelah itu, tahu jugalah bahwa dia tahu. Mungkin juga ia mengiram bahwa ia tahu, tetapi pada suatu ketika ternyata, bahwa ia keliru, jadi sebetulnya belum tahulah ia, ia bertanya/mengadakan penyelidikan sendiri, hasilnya tahulah sekarang. Dulunya, tahulaah ia bahwa ia keliru atau belum tahu, sekarang ia tahu bahwa ia tahu (Poedjawijatna, 13)


B.     Pengetahuan

Hakekat Pengetahuan
          Pengetahuan adalah sesuatu yang penting bagi manusia. Tanpa pengetahuan, kita selamanya akan tetap menjadi manusia yang terbelakang. Pencarian hakekat pengetahuan itu sendiri adalah hal yang penting agar kita tahu proses penemuan pengetahuan itu. Tapi pada umumnya, orang jarang mau memahami proses penemuan pengetahuan, sehingga orang hanya memahami dari produknya saja. Hal ini akan merugikan karena jika kita hanya mengetahui produknya saja, maka ada bagian-bagian pembahasan yang tidak diketahui sehingga sering terjadi kesalahpahaman dalam pengetahuan.

1.      Pengertian dan Hakekat Pengetahuan
Pengetahuan selalu melibatkan subjek dan objek. Subjek adalah yang mengetahui dan objek adalah yang diketahui. Pranarka (1987: 36-41) mengatakan bahwa pengetahuan adalah persatuan antara subjek dan objek; terdapat kemanunggalan antara subjek dan objek. Kemanunggalan yang bersifat mendalam, bukan sekedar pertemuan antara subjek dan objek, tapi terjadi persatuan yang intensif. Persatuan ini merupakan persatuan yang intrinsik (intrinsik union), bukan sekedar persatuan yang ekstrinsik (ekstrinsik union) antara subjek dan objek. Relasi yang mendalam (intriksik) bukan relasi yang dalam permukaannya (ektrinsik).
Menurut (Rukiyati & Andriani, 2002: 39) pertama, pengetahuan adalah suatu kegiatan yang sifatnya mengembangkan, menambah kesempurnaan atau disebut perspektive activity. Pengetahuan adalah pendorong evolusi: baik di dalam diri subjek maupun di dalam objek. Evolusi pengetahuan adalah pendorong perubahan di tingkat manusia maupun di tataran kosmos. Maju dan tidaknya tergantung seberapa jauh manusia dapat membudayakan kekuatan evolusi pengetahuan itu sendiri.
Kedua, bahwa pengetahuan manusia sifatnya terbatas, tidak sempurna, karena itu pengetahuan tumbuh dan berkembang. Manusia tidak mampu mengetahui secara total segala sesuatu. Manusia mengetahui secara setapak, sepotong. Pengetahuan manusia sifatnya adalah discursive (bersifat wacana), relasional, berjalan melalui pola-pola analisa-sintesa, membedakan-menyatukan, baik di dalam pengetahuan yang sederhana maupun di dalam pengetahuan yang sifatnya kompleks.
Jadi pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui manusia, yang selalu berkembang dan senantiasa terus menuju kesempurnaan.

2.      Jenis-Jenis Pengetahuan
a.       Pengetahuan Spontan atau common sense
Pengetahuan spontan diperoleh melalui adat, kebiasaan, atau tradisi yang kemudian disebut dengan common sense  (faham orang awam). Sebagian besar pengetahuan diketahui manusia dari lingkungan sosial-budaya dimana manusia hidup. Pengalaman-pengalaman hidup sosial-budaya yang berupa adat istiadat, atau kebiasaan ini, akan diwariskan dari satu generasi ke generasi selanjutnya, sehingga pengetahuan spontan ini tidak hilang, tapi semakin berkembang. Dengan demikian, common sense adalah istilah yang berkaitan dengan pendapat-pendapat yang dimiliki tiap anggota kelompok.
Common sense menurut H.Titus (1984: 188-1991) mempunyai empat sifat sebagaimana dijelaskan di bawah ini:
1)      Pendapat orang awam cenderung bersifat kebiasaan dan meniru, yang diwarisi dari masa silam yang berdasar pada adat dan tradisi. Adat dan tradisi ini menjadi kepercayaan bagi pribadi-pribadi anggota masyarakat. Kepercayaan ini biasanya dikatakan sebagai peribahasa atau kaidah/norma yang datang pada masa lalu, misalnya: suami dilarang membunuh binatang ketika istrinya sedang mengandung. Kepercayaan ini membatasi keinginan dan tingkah laku serta menekankan bahwa cara-cara tersebut sudah dicoba dan disepakati. Oleh karena itu, kepercayaan ini dianggap juga sebagai good sense, sehingga orang yang menurutinya dianggap sebagai seseorang yang mempunyai pertimbangan sehat.
2)      Pendapat orang awam biasanya samar-samar dan tidak jelas. Pendapat itu seringkali dangkal dan dapat berbeda dari seorang kepada orang lain atau dari satu daerah dengan daerah lain. Paham orang awam merupakan campuran antara fakta, prasangka, kebijaksanaan dan kecenderungan emosi. Pendapat-pendapat ini terbentuk tanpa pemikiran yang teliti dan kritis. Walaupun begitu, pendapat orang awam ini dapat menyesatkan tapi juga dapat membawa ke arah kebaikan dan kebenaran. Akan tetapi dalam kehidupan yang serba kompleks, cepat berubah dan kadang paradoksal pendapat orang awam tidak cukup untuk mengatasi dan menghadapinya.
3)      Pendapat orang awam kebanyakan merupakan kepercayaan yang belum teruji. Kepercayaan ini tidak diperoleh berdasarkan fakta, ataupun berasal dari sumber primer yang mengalami. Misalnya: orang yang rambutnya kaku, cepat marah dan tersinggung (Jawa: “mutungan”). Dalam faktanya tidak semua orang yang rambutnya kaku, cepat marah, tetapi ada pula yang hatinya lembut. Walaupun kadangkala seseorang mengira bahwa pemikirannya ini jelas dan benar, namun sesungguhnya pemikirannya didasarkan atas tanggapan-tanggapan yang sering tidak diselidiki. Oleh karena itu, pemikiran-pemikiran ini perlu untuk di cek dan dikritik. Memang banyak pikiran orang awam yang dapat dibenarkan, tetapi sejarah sains dan filsafat membuktikan bahwa pandangan pertama (first look) tidak selalu benar dan terbukti pula bahwa benda-benda itu tidak selalu seperti apa yang tampak dalam penglihatan.
4)      Pendapat orang awam jarang disertai dengan penjelasan mengapa benda-benda itu sebagaimana yang dikatakan. Penjelasannya tidak ada, jikalau ada, maka penjelasannya pun terlalu umum, sehingga tidak memperhatikan kekecualian atau kondisi-kondisi yang membatasi. Misalnya: jika dikatakan bahwa air akan membeku pada temperatur rendah. Pendapat ini tanpa diberi penjelasan, mengapa begitu? Kemudian juga tidak dijelaskan mengapa air yang mengalir dan air asin tidak membeku pada kondisi yang sama seperti air yang tenang dan tawar? Untuk membedakan sains (ilmu) daripada paham orang awam, Ernest Nagel mengatakan bahwa yang menimbulkan sains adalah keinginan untuk penjelasan yang bersifat sistematis dan dapat dikontrol dengan bukti-bukti fakta. Tujuan dari sains adalah mengatur dan mengelompokkan pengetahuan-pengetahuan atas dasar prinsip-prinsip yang menjelaskan.
Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian di atas adalah bahwa pendapat orang awam atau common sense memang mengandung beberapa kelemahan, tetapi common sense tidak dapat ditinggalkan atau tidak dipakai sama sekali. Bagaimanapun common sense dapat berguna sehingga kontrol atau cek terhadap hal-hal yangg samar-samar (blind spot) yang timbul dalam pikiran orang yang tidak mengetahui secara spesialisasi. Tetapi jika harus dipakai untuk maksud yang bermakna itu, faham orang awam perlu diperiksa kembali secara teliti dan teratur.

b.      Pengetahuan Sistematis-Reflektif
Pengetahuan manusia yang lebih kompleks disebut dengan pengetahuan yang bersifat sistematis-reflektif. Pengetahuan ini meliputi: ilmu (pengetahuan), filsafat, dan teologi. Ilmu (pengetahuan) sering diartikan sebagai usaha manusia untuk memahami kenyataan sejauh mana dapat dijangkau dengan akan dan berdasarkan pengalaman inderawi. Ilmu disebut dengan pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri khusus, yaitu berobjek, bermetode, sistematis, dan bersifat universal. Habermas dalam Franz Magnis-Suseno (1991: 183-184) mengelompokkan llmu (pengetahuan) menjadi tiga: pertama, ilmu empiris-analitis, misalnya ilmu-ilmu alam. Ilmu-ilmu ini mencari hukum-hukum yang pasti, sehingga manusia dengan menyesuaikan diri pada hukum-hukum itu dapat memanfaatkan alam demi kebutuhannya. Kedua, ilmu-ilmu historis-hermeneutis, seperti ilmu sejarah, ilmu penelitian arti-arti tulisan dan dokumen sejarah lain. Ilmu-ilmu ini mempergunakan metode penafsiran untuk mencari makna dari teks, atau pelaku sejarah. Ketiga, ilmu-ilmu tindakan. Ilmu-ilmu ini akan membantu manusia dalam bertindak bersama. Ilmu ekonomi, sosiologi, dan politik, demikian pula ilmu-ilmu reflektif, misalnya kritik ideologi, psikoanalisa dan filsafat termasuk dalam kategori ilmu-ilmu tindakan. Kepentingan internal ilmu-ilmu itu adalah pembebasan. Metode dasar ilmu-ilmu itu adalah refleksi-kritis atas sejarah subjek manusiawi.

c.       Sumber-Sumber Pengetahuan
Harold H. Titus (1984) mengatakan bahwa terdapat empat macam sumber pengetahuan.
1.      Otoritas
Cara untuk memperoleh pengetahuan tentang masa lalu adalah dengan bersandar kepada kesaksian orang-orang lain, yakni kepada otoritas. Otoritas sebagai sumber pengetahuan mempunyai nilai tetapi juga mengandung bahaya. Kesaksian seperti itu perlu diterima, sepanjang kita tidak menyelidikinya sendiri secara sempurna, tetapi kita harus yakin bahwa mereka yang kita terima sebagai otoritas adalah orang-orang yang jujur yang mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk mendapatkan informasi.
2.      Persepsi Indera
Indera manusia merupakan perantara untuk memperoleh pengetahuan dari pengalaman-pengalamannya. Apa yang dilihat, didengar, disentuh, dicium, dicicipi yaitu pengalaman-pengalaman konkrit, membentuk bidang pengetahuan, begitulah pendirian pengikut aliran empirisme. Empirisme menekankan kemampuan manusia untuk persepsi atau pengamatan atau apa yang diterima pancaindera dari lingkungan. Empirisme beranggapan bahwa pengetahuan diperoleh dari pancaindera.
3.      Akal
Akal menurut aliran rasionalisme adalah faktor yang penting sebagai sumber pengetahuan. Pendapat aliran ini adalah bahwa akal mempunyai kemampuan untuk mengungkapkan kebenaran dengan diri sendiri, atau bahwa pengetahuan ini diperoleh dengan membandingkan ide dengan ide. Rasa (sense) itu sendiri tidak dapat memberikan suatu pertimbangan yang koheren dan benar secara universal. Pengetahuan yang paling tinggi terdiri atas pertimbangan-pertimbangan yang benar yang bersifat konsisten satu dengan yang lainnya. Rasa (sensation) dan pengalaman yang diperoleh dari indera penglihatan, pandangan, suara, sentuhan, rasa dan bau, hanya merupakan bahan baku untuk pengetahuan. Pengetahuan hanya terdapat dalam konsep, prinsip, dan hukum, dan tidak dalam rasa fisik.
4.      Intuisi
Intuisi merupakan sumber pengetahuan yang diperoleh secara langsung dalam diri seseorang tanpa melalui hasil pemikiran yang sadar dan persepsi secara langsung. Beberapa pendapat dan sikap terhadap intuisi sebagai sumber pengetahuan adalah sebagai berikut:
a.       George Santayana memakai istilah intuisi dari arti kesadaran diri tentang data-data uang langsung yang dirasakan seseorang. Intuisi terdapat dalam pengetahuan tentang diri sendiri, kehidupan diri sendiri dan dalam aksioma matematik. Intuisi ada dalam pemahaman manusia tentang hubungan antara kata-kata (proposisi) yang membentuk bermacam-macam langkah argumen. Unsur intuisi adalah dasar dari pengakuan diri terhadap keindahan, ukuran moral yang kita terima dan nilai-nilai agama.
b.      Lintuisi hanya merupakan tumpukan pengalaman dan pemikiran seseorang pada masa lalu. Intuisi adalah hasil dari deduksi dan deduksi di bawah sadar. Mereka yang mempunyai banyak pengalaman dalam berpikir dan bekerja di lapangan lebih mudah mempunyai intuisi yang baik di bidangnya.
c.       Intuisi adalah satu macam pengetahuan yang lebih tinggi, wataknya berbeda dengan pengetahuan yang diungkapkan oleh indera atau akal.
d.      Intuisi yang ditemukan seseorang dalam penjabaran-penjabaran mistik memungkinkan mendapatkan pengetahuan yang langsung yang mengatasi (transend) pengetahuan yang diperoleh dengan akal dan indera. Mistisisme atau pengetahuan mistik telah kehadiran yang maha riil. Kelemahan atau bahaya intuisi adalah bahwa intuisi tidak merupakan metoda yang aman jika dipakai sendirian. Intuisi dapat tersesat dengan mudah dan mendorong kepada pengakuan-pengakuan yang tak masuk akal, kecuali dicek dengan akal dan indera. Intuisi harus meminta bantuan rasa inderawi dan konsep-konsep akal jika berusaha untuk berhubungan dengan pihak lain dan menjelaskan dirinya atau jika intuisi mempertahankan diri terhadap interpretasi yang salah atau serangan-serangan.




A.    Ilmu

Ilmu merupakan salah satu dari buah pemikiran manusia dalam menjawab suatu pertanyaan-pertanyaan.Ilmu merupakan salah satu dari pengetahuan manusia.Untuk bisa menghargai ilmu sebagaimana mestinya sesungguhnya kita harus mengerti apakah hakikat ilmu itu sebenarnya. Seperti kata peribahasa Perancis, “Mengerti berarti memaafkan segalanya,” maka pengertian yang mendalam terhadap hakekat ilmu, bukan saja akan mengikatkan apresiasi kita terhadap ilmu namun juga membuka mata kita terhadap berbagai kekurangannya.
Mereka yang mendewa-dewakan ilmu sebagai satu-satunya sumber kebenaran biasanya tidak mengetahui hakekat ilmu yang sebenarnya. Demikian juga sebaliknya dengan mereka yang memalingkan muka dari ilmu, mereka yang tidak mau melihat kenyataan betapa ilmu telah membentuk peradaban seperti apa yang kita punya sekarang ini, kepicikan seperti itu kemungkinan besar disebabkan karena mereka kurang mengenal hakekat ilmu yang sebenarnya. Menghadapi dua pola pendapat yang ekstrim ini seyogyanya kita harus berdiri di tengah dengan menyadari bahwa meskipun ilmu memang memberikan kebenaran namun kebenaran keilmuan bukanlah satu-satunya kebenaran dalam hidup kita ini. Terdapat berbagai sumber kebenaran lain yang memperkaya khazanah kehidupan kita, dan semua kebenaran itu mempunyai manfaat asal diletakkan pada tempatnya yang layak. Kehidupan terlalu rumit untuk dianalisis hanya oleh satu jalan pemikiran.Terdapat tempat masing-masing dalam kehidupan manusia bagi falsafah, seni, agama dan sebagainya disamping ilmu.
Semuanya bersifat saling membutuhkan dan saling mengisi, seperti apa yang dikatakan Einstein bahwa “ ilmu tanpa agama adalah buta, dan agama tanpa ilmu adalah lumpuh”.

Dasar Ontologi Ilmu
            Fakta empiris adalah fakta yang dapat dialami langsung oleh manusia dengan mempergunakan panca inderanya. Ruang lingkup kemampuan panca indera manusia dan peralatan yang dikembangkan sebagai pembantu pancaindera tersebut membentuk apa yang dikenal dengan dunia empiris.
            Berlainan dengan agama, atau bentuk-bentuk pengetahuan lainnya, maka ilmu membatasi diri hanya kepada kejadian yang bersifatempiris ini.Obyek penelaahan ilmu mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh pancaindera manusia.Dalam batas-batas tersebut maka ilmu mempelajari obyek-obyek empiris seperti batu-batuan, binatang, tumbuh-tumbuhan, hewan atau manusia itu sendiri.Ilmu mempelajari berbagai gejala dan peristiwa yang menurut anggapannya mempunyai manfaat bagi kehidupan manusia.Berdasarkan obyek yang ditelaahnya, maka ilmu dapat disebut sebagai suatu pengetahuan empiris, dimana obyek-obyek yang berbeda di luar jangkauan manusia tidak termasuk ke dalam bidang penelaahan keilmuan tersebut.Inilah yang merupakan salah satu ciri ilmu yakni orientasi terhadap dunia empiris.
            Pengetahuan keilmuan mengenai obyek empiris ini pada dasarnya merupakan abstraksi yang disederhanakan.Penyederhanaan ini perlu, sebab kejadian alam yang sesungguhnya begitu kompleks, dengan sampel dan berbagai faktor yang terlibat di dalamnya.Ilmu tidak bermaksud “memotret” atau “memproduksikan” suatu kejadian tertentu dan mengabstraksikannya dalam bahasa keilmuan.Ilmu bertujuan untuk mengerti mengapa hal itu terjadi, dengan membatasi diri pada hal-hal yang asasi. Atau dengan perkataan lain, proses keilmuan bertujuan untuk memeras hakekat obyek empiris tertentu, untuk mendapatkan sari yang berupa pengetahuan mengenai obyek tersebut.
            Ilmu menganggap bahwa obyek-obyek empiris yang menjadi bidang penelaahannyamempunyai sifat keragaman, memperlihatkan sifat berulang dan semuanya jalin-menjalin secara teratur.Suatu peristiwa tidaklah terjadi secara kebetulan namun tiap peristiwa mempunyai pola tetap yang teratur.Bahwa hujan turun diawali awan tebal dan langit mendung, hal ini bukanlah merupakan suatu kebetulan tetapi memang polanya sudah demikian. Kejadian ini akan terulang dengan pola yang sama. Alam merupakan suatu system yang teratur yang tunduk kepada hokum-hukum tertentu.
            Secara terperinci ilmu mempunyai tiga asumsi mengenai obyek empiris. Asumsi pertama menganggap obyek-obyek tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain, umpamanya dalam hal bentuk, struktur, sifat dan sebagainya. Berdasarkan ini maka kita dapat mengelompokkan beberapa obyek yang serupa ke dalam satu golongan.Klasifikasi merupakan pendekatan keilmuan yang pertama terhadap obyek-obyek yang ditelaahnya dan taxonomi merupakan cabang keilmuan yang mula-mula sekali berkembang.
            Asumsi yang kedua adalah anggapan bahwa suatu benda tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu.Kegiatan keilmuan bertujuan mempelajari tingkah laku suatu obyek dalam suatu keadaan tertentu.Kegiatan ini jelas tidak mungkin dilakukan bila obyek selalu berubah-ubah tiap waktu. Walaupun begitu tidak mungkin kita menuntut adanya kelestarian yang absolut, sebab dalam perjalanan waktu tiap benda akan mengalami perubahan. Tercakup dalam pengertian ini adalah pengakuan bahwa benda-benda dalam jangka panjang akan mengalami perubahan dan jangka waktu ini berbeda-beda untuk tiap benda.
            Determinisme merupakan asumsi ilmu yang ketiga.Kita menganggap tiap gejala bukan merupakan suatu kejadian yang bersifat kebetulan. Tiap gejala mempunyai pola tertentu yang bersifat tetap dengan urt-urutan kejadian yang sama. Namun seperti juga dengan asumsi kelestarian, ilmu tidak menuntut adanya hubungan sebab akibat yang mutlak sehingga suatu kejadian tertentu harus selalu diikuti oleh suatu kejadian yang lain. Determinisme dalam pengertian ilmu mempunyai konoyasi yang bersifat peluang.
Dasar Epistemologi Ilmu
            Epistemology atau teori pengetahuan membahas secara mendalam segenap proses yang terlihat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuan. Ilmu merupakan pengetahuan yang di dapat melalui proses tertentu yang dinamakan metode keilmuan. Atau dengan perkataan lain, ilmu adalah pengetahuan yang diperoleh dengan menerapkan metode keilmuan.
            Ditinjau dari pengetahuan ini, ilmu lebih bersifat merupakan kegiatan daripada sekedar produk yang siap dikonsumsikan.Kata sifat “keolmuan” lebih mencerminkan hakekat ilmu daripada istilah ilmu sebagai kata benda.Kegiatan ilmu juga dinamis dan tidak statis.Kegiatan dalam mencari pengetahuan tentang apapun, selama hal itu terbatas pada obyek empiris dan pengetahuan tersebut diperoleh dengan mempergunakan metode keilmuan, adalah syah untuk disebut keilmuan.
            Hakekat ilmu tidak berhubungan dengan titel, profesi atau kedudukan; hakekat keilmuan ditentukan oleh cara berpikir yang dilakukan menurut persyaratan keilmuan. Ilmu bersifat terbuka, demokratis dan menjunjung kebenaran di atas segala-galanya.
Perkembangan Ilmu
            Permulaan ilmu dapat disusur sampai pada permulaan manusia.Tak diragukan lagi bahwa manusia purba telah menemukan beberapa hubungan yang bersifat empiris yang memungkinkan mereka untuk mengerti keadaan dunia. Usaha mula-mula di bidang keilmuan yang tercatat dalam lembaran sejarah dilakukan oleh bangsa Mesir, di mana banjir Sungai Nil yang terjadi tiap tahun ikut menyebabkan berkembangnya system almanac, geometrid an kegiatan survey. Keberhasilan ini kemudian diikuti oleh bangsa Babylonia dan Hindu yang memberikan sumbangan-sumbangan yang berharga meskipun tidak seintensif kegiatan bangsa Mesir.Setelah ini muncul bangasa Yunani yang menitikberatkan pada pengorganisasian ilmu di mana mereka bukan saja menyumbang perkembangan ilmu dengan astronomi, kedokteran, dan system klasifikasi Aristoteles, namun juga silogisme yang menjadi dasar bagi penjabaran secara deduktif pengalaman-pengalaman manusia.Terlepas dari tendensi mereka untukmenitikberatkan teori-dengan sering melupakan pengalaman empiris-dan kurang memperhatikan percobaan sebagai sumber bukti-bukti keilmuan, bangsa Yunani dapat dianggap sebagai perintis dalam mendekati perkembangan ilmu secara sistematis.
            Tugas manusia pada dasarnya adalah mengerti segenap gejala yang ditemuinya dalam kehidupan untuk mampu menghadapi masalah-masalah yang ditimbulkannya.Manusia primitive, ketika mendengar petir dan melihat kilat yang menyambar-nyambar diikuti dengan hujan deras serta mungkin diikuti banjir, harus merenung penuh kebingungan kapan semua ini berhenti dan apakah sebenarnya yang sedang terjadi.
            Lambat laun manusia menyadari bahwa gejala alam dapat diterangkan sebab-musabab alam-suatu langkah yang paling penting yang menandai permulaan ilmu sebagai suatu pendekatan sistematis dalam pemecahan masalah.
            Tingkat yang paling akhir dari ilmu adalah ilmu teoritis, di mana hubungan dan gejala yang ditemukan dalam ilmu empiris diterangkan dengan dasar suatu kerangka pemikiran tentang sebab-musabab sebagai langkah untuk meramalkan dan menentukan cara untuk mengontrol kegiatan agar hasil yang diharapkan dapat tercapai. Tahap yang lebih maju ini kelihatannya akan lebih mampu dicapai dalam ilmu-ilmu alam dibandingkan dengan ilmu-ilmu sosial. Kelebihan tingkat ilmu teoritis dibandingkan dengan ilmu empiris secara mudah dapat dilihat dengan memperhatikan keterbatasan ilmu empiris tersebut.Ilmu empiris adalah canggung dan tidak mudah dipergunakan karena dia berurusan dengan gejala yang terpisah-pisah, yang menyebabkan kita sukar untuk mengerti dan memahami tiap-tiap gejala tersebut.Ilmu empiris sangat terbatasterutama dalam peramalan dan control, yang merupakan tujuan terakhir dari ilmu.
            Ilmu teoritis dapat memperpendek proses untuk sampai pada pemecahan masalah. Jika seseorang mengerti apa sebab terjadinya sesuatu, maka dia dapat mengalihkan pengetahuannya dalam pemecahan masalah lain yang serupa. Ilmu teoritis mempunyai kelebihan yang nyata dalam merangsang penelitian dan dalam memberikan hipotesis yang berharga.

B.     Teknologi

1. Pengertian Teknologi
            Teknologi berkembang seiiring dengan semakin pandainya manusia. Manusia yang semakin berpikir kompleks, juga semakin menuntut segala sesuatunya menjadi instan. Dari situlah teknologi dibutuhkan untuk mempermudah pekerjaan manusia. Teknologi terbukti menghasilkan efisiensi, efektifitas, dan hasil yang cepat didapat. Kita bisa melihat contoh nyata secara praktis evolusi kalkulator + mesin ketik, menjadi teknologi komputer yang kita kenal seperti saat ini.
            Terkait dengan teknologi, Anglin mendefinisikan teknologi sebagai penerapan ilmu-ilmu perilaku dan alam serta pengetahuan lain secara bersistem dan mensistem untuk memecahkan masalah. Menurut ahli lain, Jaques Ellul (1967: 1967 XXV) memberi arti teknologi sebagai” keseluruhan metode yang secara rasional mengarah dan memiliki ciri efisiensi dalam setiap bidang kegiatan manusia. Sedangkan Iskandar Alisyahbana (1980:1) merumuskan lebih jelas dan lengkap tentang definisi teknologi yaitu cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan alat dan akal sehingga seakan-akan memperpanjang, memperkuat, atau membuat lebih ampuh anggota tubuh, panca indera, dan otak manusia.
            Secara umum, teknologi dapat diartikan sebagai Suatu struktur atau proses yang digunakan dan dikembangkan untuk meningkatkan nilai tambah berbagai kebutuhan manusia untuk memudahkan dan meningkatkan kinerja manusia dalam mengatasi berbagai persoalan hidup secara sfektif dan efisien.
2. Dampak Positif dan Negatif dari Perkembangan Teknologi
            Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari dalam kehidupan ini, karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Setiap inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia. Memberikan banyak kemudahan, serta sebagai cara baru dalam melakukan aktifitas manusia. Khusus dalam bidang teknologi masyarakat sudah menikmati banyak manfaat yang dibawa oleh inovasi-inovasi yang telah dihasilkan dalam dekade terakhir ini, misalnya dengan ditemukannya mesin penggiling padi, sepeda, sepeda motor, internet dll yang bisa memudahkan berbagai persoalan hidup bagi manusia. Namun demikian, walaupun pada awalnya diciptakan untuk menghasilkan manfaat positif, di sisi lain juga juga memungkinkan digunakan untuk hal negatif. Sebagai contohnya akan dikemukakan berbagai dampak positif dan negatif mengenai internet.
  • Dampak Positif
a) Internet sebagai media komunikasi. Merupakan fungsi internet yang paling banyak digunakan dimana setiap pengguna internet dapat berkomunikasi dengan pengguna lainnya dari seluruh dunia.Misalnya lewat facebook, twitter,dll
b) Media pertukaran data . Dengan menggunakan email, newsgroup, ftp dan www (world wide web – jaringan situs-situs web) para pengguna internet di seluruh dunia dapat saling bertukar informasi dengan cepat dan murah.
c) Media untuk mencari informasi atau data. Perkembangan internet yang pesat, menjadikan www sebagai salah satu sumber informasi yang penting dan akurat.
d) Kemudahan memperoleh informasi. Di internet kita bisa tahu berbagai informasi yang ada di dunia, misalnya kita dapat mencarinya lewat google, dll
 e) Bisa digunakan sebagai lahan informasi untuk bidang pendidikan, kebudayaan, dan  lain-lain.
f) Kemudahan bertransaksi dan berbisnis dalam bidang perdagangan sehingga tidak perlu pergi menuju ke tempat penawaran/penjualan. Misalnya dengan pasang iklan, berbagai penawaran dan permintaan penjualan ataupun pembelian suatu barang,misal sepeda motor, mobil, dll
  • Dampak Negatif
a) Pornografi. Anggapan yang mengatakan bahwa internet identik dengan pornografi, memang tidak salah. Dengan kemampuan penyampaian informasi yang dimiliki internet, pornografi pun merajalela.
b) Penipuan. Hal ini memang merajalela di bidang manapun. Internet pun tidak luput dari serangan penipu.
c) Bisa membuat seseorang kecanduan terutama yang menyangkut pornografi dan dapat menghabiskan uang karena hanya untuk melayani kecanduan tersebut. Jadi internet tergantung pada pemakainya bagaimana cara mereka dalam menggunakan teknologi itu, namun semestinya harus ada batasan-batasan dan norma-norma yang harus mereka pegang teguh walaupun bersentuhan dengan internet atau di dalam dunia maya.
C. Manfaat Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Kehidupan Sehari-hari
            Teknologi Informasi dan Komunikasi yang perkembangannya begitu cepat secara tidak langsung mengharuskan manusia untuk menggunakannya dalam segala aktivitasnya Beberapa penerapan dari Teknologi Informasi dan Komunikasi antara lain :
  • Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Perusahaan
    Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi banyak digunakan para usahawan. Kebutuhan efisiensi waktu dan biaya menyebabkan setiap pelaku usaha merasa perlu menerapkan teknologi informasi dalam lingkungan kerja.
  • Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Dunia Bisnis
Dalam dunia bisnis Teknologi Informasi dan Komunikasi dimanfaatkan untuk perdagangan secara elektronik atau dikenal sebagai E-Commerce. E Commerce adalah perdagangan menggunakan jaringan komunikasi internet.
  • Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Perbankan
    Dalam dunia perbankan Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah diterapkannya transaksi perbankan lewat internet atau dikenal dengan Internet Banking.
  • Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pendidikan Teknologi Pembelajaran terus mengalami perkembangan seiring perkembangan zaman. Dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari Teknologi Informasi dan Komunikasi sering dijumpai kombinasi teknologi audio/data, video/data, audio/video, dan internet. Internet merupakan alat komunikasi yang murah dimana memungkinkan terjadinya interaksi antara dua orang atau lebih.
  • Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Kesehatan
    Sistem berbasis kartu cerdas (smart card) dapat digunakan juru medis untuk mengetahui riwayat penyakit pasien yang datang ke rumah sakit karena dalam kartu tersebut para juru medis dapat mengetahui riwayat penyakit pasien.

D. Aplikasi Teknologi
            Kali ini akan dibahas aplikasi teknologi dalam bidang pendidikan. Aplikasi teknologi pada pendidikan secara langsung akan mempengaruhi keputusan-keputusan tentang proses pendidikan yang spesifik. Berbagai potensi yang dimiliki oleh teknologi dalam pendidikan lantas memungkinkannya diajukan sebagai suatu alternatif untuk memecahkan masalah-masalah yang terjadi. Secara umum aplikasi teknologi dalam pendidikan akan mampu :
1. Menyebarkan informasi secara meluas, seragam dan cepat,
2. membantu, melengkapi dan (dalam hal tertentu) menggantikan tugas guru,
3. dipakai untuk melakukan kegiatan instruksional baik secara langsung maupun
sebagai produk sampingan,
4. menunjang kegiatan belajar masyarakat serta mengundang partisipasi masyarakat,
5. menambah keanekaragaman sumber maupun kesempatan belajar,
6. menambah daya tarik untuk belajar,
7. membantu mengubah sikap pemakai,
8. mempengaruhi pandangan pemakai terhadap bahan dan proses, dan
9.mempunyai keuntungan rasio efektivitas biaya, bila dibandingkan dengan sistem tradisional. (Miarso, 1981)

            Jika semula teknologi pendidikan (dalam arti yang sangat terbatas) dipandang hanya berperan pada taraf pelaksanaan kurikulum di kelas, konsepsi baru menghendaki teknologi pendidikan sebagai masukan (input) bahkan sejak tahap perencanaan kurikulum. Dengan demikian sudah sejak perencanaan kurikulum harus pula dikaji dan ditentukan bentuk teknologi pendidikan yang akan diterapkan. Pemilihan teknologi dalam pendidikan akan membuka kemungkinan untuk lahirnya berbagai alternatif bentuk kelembagaan baru yang menyediakan fasilitas belajar, disamping dapat melayani segala bentuk lembaga pendidikan yang telah ada. Misalnya kemungkinan bagi suatu bentuk sekolah terbuka yang fasilitas dan tata belajarnya berbeda sekali dengan sekolah konvensional, tetapi dengan hasil (output) yang sama.
            Serangkaian kriteria pemanfaatan teknologi dalam pendidikan, antara lain:
ü  harus dijaga kesesuaiannya (kompatibilitas) dengan sarana dan teknologi yang sudah ada,
ü  dapat menstimulasikan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, serta mampu memacu usaha peningkatan mutu pendidikan itu sendiri.
             Dengan demikian, adanya penerapan suatu teknologi dalam pendidikan akan sangat mungkin terjadi perubahan besar-besaran dalam interaksi belajar mengajar antara sumber-sumber belajar dengan pelaku belajar. Salah satu kemungkinan perubahan tersebut adalah penerapan dan perubahan teknologi informasi dalam pendidikan.

E. Peranan Informasi Dan Revolusi Teknologi Informasi
            Salah satu esensi dari proses pendidikan tidak lain adalah penyajian informasi. Dalam
menyajikan informasi, haruslah komunikatif. Dalam komunikasi pada umumnya, informasi yang tepat disajikan adalah informasi yang dibutuhkan , yakni yang bermakna, dalam arti :
1) Secara ekonomis menguntungkan,
2) secara teknis memungkinkan dapat dilaksanakan,
3) secara sosial-psikologis dapat diterima sesuai dengan norma dan nilai-nilai yang ada, dan 4) sesuai atau sejalan dengan kebijaksanaan/tuntutan perkembangan yang ada.

            Konsep “bermakna” ini penting bagi keberhasilan penyebarluasan informasi yang dapat diserap dan dilaksanakan sasaran/peserta didik. Karena itu, Williams (1984)
menyebutkan bahwa komunikasi adalah saling pertukaran simbol-simbol yang bermakna.
Williams menekankan bahwa :
1) kita tidak dapat saling bertukar makna,
2) kita hanya secara fisik bertukar simbol, dan
3) komunikasi tidak akan terjadi, kecuali kita berbagi makna untuk simbol-simbol tertentu.
           
            Dalam memberikan/menyampaikan informasi kepada orang lain (misalnya kepada peserta didik), maka informasi tersebut haruslah informasi yang bermakna bagi orang yang bersangkutan.Untuk dapat mengetahui dan memahami informasi yang benar-benar dibutuhkan, bahkan prioritas informasi yang dibutuhkan perlu kita pahami, komunikator perlu bertindak sebagai pengamat dan pendengar yang baik. Jadi bukan informasi yang kita ketahui yang disampaikan, tetapi yang kita sampaikan adalah informasi yang benar-benar bermakna dan dibutuhkan sasaran. Informasi yang dibutuhkan dan bermakna adalah informasi yang mampu membantu/mempercepat pengambilan keputusan untuk terjadinya perubahan, dan yang bermanfaat untuk mendorong terjadinya perubahan tersebut. Untuk itulah maka, pemilihan informasi harus benar-benar selektif dengan mempertimbangkan jenis teknologi mana yangtepat dipilih sebagai medianya.
            Akibat adanya revolusi teknologi informasi telah, sedang dan akan merubah kehidupan umat manusia dengan menjanjikan cara kerja dan cara hidup yang lebih efektif, lebih bermanfaat, dan lebih kreatif. Sebagaimana dua sisi, baik dan buruk, dari suatu teknologi, teknologi informasi juga memiliki hal yang demikian. Kemana seharusnya teknologi ini diarahkan dan ditempatkan dan dimanfaatkan dengan sebenar-benarnya haruslah diperhitungkan, karena apabila keliru, suatu bangsa akan mengalami akibatnya secara fatal.
            Dalam dunia pendidikan, revolusi informasi akan mempengaruhi jenis pilihan teknologi dalam pendidikan, bahkan, revolusi ini secara pasti akan merasuki semua aspek kehidupan,(termasuk pendidikan), segala sudut usaha, kesehatan, entertainment, pemerintahan, pola kerja, perdagangan, bahkan pola relasi antar masyarakat dan antar individu. Inilah yang merupakan tantangan bagi semua bangsa, masyarakat dan individu. Siapkah lembaga pendidikan kita menyambutnya? Dunia pendidikan harus menyiapkan seluruh unsur dalam sistim pendidikan agar tidak tertinggal atau ditinggalkan oleh perkembangan tersebut. Melalui penerapan dan pemilihan yang tepat teknologi informasi ( sebagai bagian dari teknologi pendidikan), maka perbaikan mutu yang berkelanjutan dapat diharapkan. Perbaikan yang berlangsung terus menerus secara konsisten/konstan akan mendorong untuk berorientasi pada perubahan untuk memperbaiki secara terus menerus dunia pendidikan. Adanya revolusi informasi dapat menjadi tantangan bagi lembaga pendidikan karena mungkin kita belum siap menyesuaikan. Sebaliknya, juga akan menjadi peluang yang baik bila lembaga pendidikan mampu menyikapi dengan penuh keterbukaan dan berusaha memilih jenis teknologi informasi yang tepat, sebagai penunjang pencapaian mutu pendidikan.
            Perkembangan dan implikasi teknologi dalam pendidikan di indonesia memanglah sudah banyak dirasakan oleh berbagai kalangan misalnya bagi kalangan mahasiswa, dosen dll. Kecenderungan perkembangan dan implikasi dunia pendidikan di Indonesia di masa mendatang adalah:
1. Berkembangnya pendidikan terbuka dengan modus belajar jarak jauh (Distance Learning).
2. Sharing resource bersama antar lembaga pendidikan / latihan dalam sebuah jaringan.
3. Penggunaan perangkat teknologi informasi interaktif, seperti CD-ROM Multimedia, dalam pendidikan secara bertahap menggantikan TV dan Video.
            Distance Learning merupakan modus belajar jarak jauh. Dengan adanya perkembangan teknologi informasi dalam bidang pendidikan, maka pada saat ini sudah dimungkinkan untuk diadakan belajar jarak jauh dengan menggunakan media internet untuk menghubungkan antara mahasiswa dengan dosennya, melihat nilai mahasiswa secara online, mengecek keuangan, melihat jadwal kuliah, mengirimkan berkas tugas yang diberikan dosen dan sebagainya, semuanya itu sudah dapat dilakukan. Faktor utama dalam distance learning yang selama ini dianggap masalah adalah tidak adanya interaksi antara dosen dan mahasiswanya. Namun demikian, dengan media internet sangat dimungkinkan untuk melakukan interaksi antara dosen dan siswa baik dalam bentuk real time (waktu nyata) atau tidak.
            Dalam bentuk real time dapat dilakukan misalnya dalam suatu chatroom, interaksi langsung dengan real audio atau real video, dan online meeting. Yang tidak real time bisa dilakukan dengan mailing list, discussion group, newsgroup, dan buletin board. Dengan cara di atas interaksi dosen dan mahasiswa di kelas mungkin akan tergantikan walaupun tidak 100%. Bentuk-bentuk materi, ujian, kuis dan cara pendidikan lainnya dapat juga diimplementasikan ke dalam web, seperti materi dosen dibuat dalam bentuk presentasi di web dan dapat di download oleh siswa. Demikian pula dengan ujian dan kuis yang dibuat oleh dosen dapat pula dilakukan dengan cara yang sama. Penyelesaian administrasi juga dapat diselesaikan langsung dalam satu proses registrasi saja, apalagi di dukung dengan metode pembayaran online.
            Suatu pendidikan jarak jauh berbasis web antara lain harus memiliki unsur sebagai berikut:
1) Pusat kegiatan siswa; sebagai suatu community web based distance learning harus mampu menjadikan sarana ini sebagai tempat kegiatan mahasiswa, dimana mahasiswa dapat menambah kemampuan, membaca materi kuliah, mencari informasi dan sebagainya.
2) Interaksi dalam grup; Para mahasiswa dapat berinteraksi satu sama lain untuk mendiskusikan materi-materi yang diberikan dosen. Dosen dapat hadir dalam group ini untuk memberikan sedikit ulasan tentang materi yang diberikannya.
3) Sistem administrasi mahasiswa; dimana para mahasiswa dapat melihat informasi mengenai status mahasiswa, prestasi mahasiswa dan sebagainya.
4) Pendalaman materi dan ujian; Biasanya dosen sering mengadakan quis singkat dan tugas yang bertujuan untuk pendalaman dari apa yang telah diajarkan serta melakukan test pada akhir masa belajar. Hal ini juga harus dapat diantisipasi oleh web based distance learning
5) Perpustakaan digital; Pada bagian ini, terdapat berbagai informasi kepustakaan, tidak terbatas pada buku tapi juga pada kepustakaan digital seperti suara, gambar dan sebagainya. Bagian ini bersifat sebagai penunjang dan berbentuk database.
6) Materi online diluar materi kuliah; Untuk menunjang perkuliahan, diperlukan juga bahan bacaan dari web lainnya. Karenanya pada bagian ini, dosen dan siswa dapat langsung terlibat untuk memberikan bahan lainnya untuk di publikasikan kepada mahasiswa lainnya melalui web.
Contoh lain pemanfaatan atas perkembangan teknologi untuk pendidikan di indonesia antara lain:
 • Perpustakaan elektronik (e-library). Revolusi teknologi informasi tidak hanya mengubah konsep pendidikan di kelas tetapi juga membuka dunia baru bagi perpustakaan. Perpustakaan yang biasanya merupakan arsip buku-buku dengan dibantu teknologi informasi dan internet dapat dengan mudah mengubah konsep perpustakaan yang pasif menjadi lebih agresif dalam berinteraksi dengan penggunanya. Dengan banyaknya perpustakaan tersambung ke internet, sumber ilmu pengetahuan yang biasanya terbatas ada di perpustakaan menjadi tidak terbatas
• Surat elektronik (e-mail). Dengan aplikasi e-mail, seorang guru, orang tua, pengelola, dan siswa dapat dengan mudah saling berhubungan. Pihak sekolah dapat membuat laporan perkembangan siswa dan prestasi belajar baik diminta orang tua atau pun tidak. Dalam kegiatan belajar diluar sekolah, siswa yang menghadapai kesulitam materi pelajaran dapat bertanya lewat e-mail kepada pihak sekolah atau guru bidang studi. Demikian pula untuk guru yang berhalangan hadir dapat memberikan tugas via e-mail kepada siswa.
• Ensiklopedia Sebagian perusahaan yang menjalankan ensiklopedia saat ini telah mulai bereksperimen menggunakan CD-ROM untuk menampung ensiklopedia sehingga duharapkan ensiklopedia di masa mendatang tidak hanya berisi tulisan dan gambar saja, tetapi juga video dan audio.
• Jurnal atau majalah ilmiah Salah satu argumentasi umumnya di dunia pendidikan Indonesia adalah kurangny akses informasi ke jurnal atau majalah ilmiah yang berada di internet sehingga memudahkan bagi para siswa untuk mengakses informasi ilmiah terkahir yang ada di seluruh dunia.
• Pengembangan homepage dan sistim distribusi bahan belajar secara elektronik (digital) Sistem pembelajaran melalui homepage dapat dikembangkan dalam bentuk sekolah maya (virtual school) sehingga semua kegiatan pembelajaran mulai dari akses bahan belajar, penilaian, dan kegiatan administrasi pendukung dapat secara online selama 24 jam.
• Video teleconference Keberadaan teknologi informasi video teleconference memungkinkan bagi anak-anak di seluruh dunia untuk saling mengenal dan berhubungan satu dengan lainnya. Video teleconference di sekolah merupakan saranan untuk diskusi, simulasi dan dapat digunakan untuk bermain peran pada kegiatan belajar mengajar yang bersifat social.
 
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Manusia pada dasarnya ingin tahu tentang sesuatu. Tahunya manusia ini ada gejala-gejalanya, yaitu manusia ingin tahu, manusia ingin tahu yang benar, objek yang ingin diketahui manusia adalah yang ada dan yang mungkin ada, manusia tahu bahwa ia tahu.
Jadi pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui manusia, yang selalu berkembang dan senantiasa terus menuju kesempurnaan. Jenis-jenis pengetahuan ada pengetahuan spontan, pengetahuan sistematis-reflektif. Sumber-sumber pengetahuan ada otoritas, persepsi indera, akal, dan intuisi.
Ilmu merupakan salah satu dari buah pemikiran manusia dalam menjawab suatu pertanyaan-pertanyaan.Ilmu merupakan salah satu dari pengetahuan manusia.
            Teknologi memberikan dampak positif dan negatif. Selain itu, teknologi juga bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena teknologi maju semakin pesat, kita dituntut untuk menguasainya dan kita harus pandai-pandai memilih teknologi yang ada agar tidak berdampak negatif bagi diri kita.

B.     Saran
Dalam era yang serba mengglobal ini, kita dituntut untuk mampu menguasai pengetahuan, ilmu, dan juga teknologi. Kita harus pandai-pandai memilah dan memilih, mana yang baik dan mana yang buruk untuk kita agar kita tidak terkena dampak negatif dari perkembangan ilmu dan teknologi itu sendiri.




DAFTAR PUSTAKA

Jujun S. Suriasumantri. 1992. Ilmu dalam Perspektif. Jakarta: YOI
P. Hardono Hadi. Epistemologi. 2005. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Rukiyati & L. Andriani Purwastuti. Epistemologi. 2002. Yogyakarta: FIP UNY

diakses tanggal 27 September 2011 jam 16.09

diakses tanggal 27 September 2011 jam 16. 23

Posting Komentar

0 Komentar